Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

3 Siswa Meninggal Seusai Divaksin Corona, Ketua PGRI Jateng: Orangtua Tak Perlu Khawatir

Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun telah dimulai di sejumlah daerah.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: galih permadi
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
Pelaksanaan Vaksinasi anak yang bertempat di Balai Desa Gunungwetan, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Selasa (4/1/2022). 

 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG- Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun telah dimulai di sejumlah daerah.

Vaksinasi dibutuhkan sebagai upaya pencegahan penularan covid.

Dengan begitu proses pembelajaran tatap muka diharapkan bisa berjalan lancar.

Ternyata proses distribusi vaksin anak menemui kendala.

Ada insiden di sejumlah daerah.

Siswa meninggal setelah menerima vaksin di Jombang, Magetan, dan Bone Sulawesi Selatan.

Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada bukti kuat bahwa kematian siswa tersebut meninggal karena disebabkan vaksinasi. Kematian siswa tidak menyerupai dampak vaksinasi.

Namun demikian, kondisi tersebut membuat ciut nyali orangtua untuk merelakan anaknya divaksin.

Tentunya ini akan mempengaruhi capaian vaksinasi anak. Bahkan, bisa mempengaruhi proses PTM.

"Pihak otoritas di Jatim sudah mengklarifikasi bahwa siswa meninggal bukan karena vaksin.

Namun muncul kekhawatiran orangtua termasuk di Jateng.

Menurut kami, orangtua jangan langsung menyebut bahwa vaksin lah penyebab utama kematian," kata Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jateng, Muhdi, Selasa (4/1/2022).

Menurutnya, orangtua jangan langsung menyimpulkan sebelum ada bukti kuat bahwa vaksin merupakan penyebab meninggalnya siswa tersebut.

Selain itu, lanjutnya, jangan sampai terhasut berita yang tidak benar atau hoax terkait vaksinasi covid untuk anak. Dicek terlebih dahulu kebenarannya.

"Selama ini kan banyak terjadi kejadian yang ada kaitannya antara covid dan dunia pendidikan. Sama seperti kasus klaster di Purbalingga.

Setelah diklarifikasi, ternyata klaster bukan terjadi di dalam sekolah, tetapi dari luar yang dibawa ke sekolah," jelasnya.

Informasi yang menyudutkan dunia pendidikan kaitannya dengan covid, kata dia, sangat merugikan.

Pihaknya khawatir proses PTM bisa terhambat dengan adanya informasi yang belum tentu benar berdasarkan fakta.

Ia memastikan hingga saat ini belum ada laporan yang masuk terkait siswa yang memiliki kejadian pasca-ikutan imunisasi (KIPI).

Artinya, 99,99 persen tidak terjadi efek apapun yang diakibatkan vaksinasi.

Rektor Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) ini juga berharap proses vaksinasi tidak terganggu. Sehingga siswa bisa melaksanakan PTM.

Muhdi mengatakan, ada ancaman yang lebih serius jika PTM tidak dilaksanakan, yakni learning loss atau hilangnya pengetahuan atau keterampilan serta putus sekolah.

"Ada fakta bahwa pembelajaran daring tidak mampu dimanfaatkan semua orang. Ada ancaman serius, learning loss dan angka putus sekolah tinggi.

Untuk putus sekolah, ada faktor ekonomi dari orangtua, mereka mengatakan model begini (daring) tidak ada artinya wong tidak punya alat, buat apa sekolah," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, vaksin merupakan cara terbaik untuk mengakselarasi pembelajaran tatap muka agar lebih aman.

Ia juga meminta orangtua untuk tidak khawatir.

Dirinya percaya bahwa tenaga vaksinator atau tenaga kesehatan yang melakukan vaksinasi sudah melaksanakan serangkaian pemeriksaan atau

screening untuk memastikan bahwa anak aman untuk disuntik vaksin.(mam)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved