Berita Internasional
PM Haiti Jadi Target Pembunuhan saat Perayaan Hari Nasional
Perdana Menteri Haiti Ariel Henry menyatakan dirinya menjadi sasaran upaya pembunuhan saat perayaan hari nasional akhir pekan lalu.
TRIBUNJATENG.COM, GONAIVES - Perdana Menteri Haiti Ariel Henry menyatakan dirinya menjadi sasaran upaya pembunuhan saat perayaan hari nasional akhir pekan lalu.
Hal itu disampaikannya dalam wawancara dengan AFP pada Senin (3/1/2022).
"Sebuah upaya dilakukan terhadap saya secara pribadi.
Baca juga: Peta Kuno Jawa yang Terbelah menjadi Dua Bagian Mengungkap Peristiwa Tragis Terjadi Zaman Itu
Hidup saya berada di garis bidik," kata Henry, yang secara de facto menjalankan negara sejak pembunuhan terhadap presiden Jovenel Moise pada Juli.
Bentrokan antara polisi dan kelompok bersenjata pecah pada Sabtu (1/1/2022) saat perayaan resmi di kota Gonaives, sekitar 150 kilometer utara ibu kota Port-au-Prince, di mana deklarasi kemerdekaan Haiti ditandatangani lebih dari 200 tahun yang lalu.

Foto-foto yang diberikan kepada AFP oleh kantor Henry menunjukkan bekas tembakan peluru di kaca depan kendaraan lapis bajanya.
Peristiwa itu terjadi beberapa minggu setelah sekelompok warga dan anggota geng bersenjata di Gonaives dengan keras menyatakan penentangan mereka terhadap kunjungan Henry.
"Saya tahu saya mengambil risiko," kata Henry kepada AFP dalam wawancara telepon.
"Kita tidak bisa membiarkan bandit dari latar belakang apapun, didorong oleh kepentingan keuangan terendah, memeras negara," katanya.
Haiti sejak lama diganggu oleh kemiskinan, bencana alam, dan kekerasan geng.
Negara di Karibia itu juga tanpa parlemen yang berfungsi, dengan peradilan yang lumpuh selama dua tahun.
Pembunuhan presiden Jovenel Moise enam bulan lalu di kediaman pribadinya semakin menguatkan krisis politik, sosial dan ekonomi yang mendalam di Haiti itu selama bertahun-tahun.
Beberapa warga Haiti, dua warga negara AS asal Haiti, dan sekitar 15 warga negara Kolombia dituduh mengambil bagian dalam pembunuhan dan dipenjarakan di Port-au-Prince sejak musim panas.
Penyelidikan itu juga menunjukkan beberapa tanda kemajuan lebih lanjut.
Salah satu tersangka, yang ditangkap pada Oktober di Jamaika, akan dikembalikan ke Kolombia karena kurangnya bukti, kata media Jamaika, Sabtu (1/1/2022).