RS di Prancis Terancam Beban Berat Akibat Lonjakan Kasus Covid-19 Omicron
Dampak gelombang Omicron diperkirakan bakal membuat Januari menjadi bulan yang sulit bagi rumah sakit di Prancis.
TRIBUNJATENG.COM, PARIS - Rumah sakit Prancis diprediksi menghadapi peningkatan beban kerja pada Januari ini di tengah penyebaran varian baru covid-19 Omicron dan penyakit lain.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Prancis, Olivier Veran, Senin (3/1).
"Flu sudah mulai, gastroenteritis sudah ada. Ada patologi lain, orang lain yang menderita penyakit kronis dan membutuhkan perawatan," katanya.
"Dari 400.000 tempat tidur di rumah sakit hari ini, 20.000 sudah ditempati pasien covid-19. Dampak gelombang Omicron akan membuat Januari menjadi bulan yang sulit bagi rumah sakit," tambahnya.
Ia berharap varian ini hanya memberikan lebih sedikit beban kerja pada unit perawatan intensif (ICU) dibandingkan varian lain, karena 'menyebabkan lebih sedikit gangguan pernafasan akut'.
"Tempat tidur yang lebih teratur akan diperlukan untuk merawat pasien Omicron yang mungkin membutuhkan oksigen," ujarnya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (4/1/2022), Prancis kemungkinan telah mengembangkan kekebalan terhadap covid-19, baik dari vaksinasi maupun infeksi, atau kedua faktor tersebut.
Mempertimbangkan semua upaya sebelumnya untuk memerangi virus itu, Veran berujar, gelombang covid-19 saat ini yang didorong oleh Omicron kemungkinan merupakan wabah penyakit terakhir.
Ia berasumsi bahwa tingkat kejadian dan penyebaran varian ini kemungkinan akan terus meningkat dalam beberapa waktu.
Prancis telah mengalami gelombang covid-19 ke-5 sejak November 2021. Pada akhir Desember lalu, pihak berwenang mengonfirmasi lebih dari 208.000 kasus infeksi dalam sehari, memecahkan rekor tertinggi harian nasional sejak pandemi melanda negara itu.
Adapun, kasus covid-19 varian Omicron menyebar cepat di berbagai negara dunia, dengan mencatat 441.042 infeksi dan 104 kematian. Dengan demikian, rasio kematian akibat Covid-19 varian Omicron berada di angka 1:4.000 kasus.
Menurut situs yang menghimpun data Omicron, Newsnode, negara dengan kasus tertinggi adalah Inggris dengan 246.780, dan 75 kematian.
Posisi kedua ditempati Denmark dengan 56.125 kasus dan 18 kematian, lalu Amerika Serikat (AS) dengan 33.120 kasus dan satu kematian.
Sementara itu, total kasus varian Omicron di Asia Tenggara mencapai 3.871 dan nol kematian.
Sementara itu, sejumlah rumah sakit di kawasan Eropa kewalahan menghadapi lonjakan infeksi virus corona imbas varian Omicron. Lonjakan kasus di sejumlah negara Eropa memicu beban di rumah sakit.
Di Italia misalnya, para petugas kesehatan mengaku kebanjiran pasien usai kasus covid-19 naik drastis. Inggris juga sudah berencana membangun RS sementara guna menampung pasien covid-19.
Melihat Omicron yang begitu cepat menyebar, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan varian itu bisa menyebabkan 'tsunami' covid-19.
Namun, banyak pemimpin negara Barat tak bersedia kembali mengetatkan aturan karena takut memicu penurunan ekonomi yang kini sedang berangsur pulih. (Tribunnews/CNNIndonesia.com)