Berita Blora
Kerajinan Bonggol Jati Blora Tembus Pasar Eropa hingga Amerika, Perajin: Kualitas Jati Blora Terbaik
kerajinan bonggol akar jati yang merupakan salah satu produk UMKM Kabupaten Blora juga telah menjangkau pasar ekspor
Penulis: ahmad mustakim | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Kabupaten Blora hampir 50 persen wilayahnya terdiri dari hutan Jati. Tak heran jika yang tersohor dari daerah ini adalah kayu jatinya.
kerajinan bonggol akar jati yang merupakan salah satu produk UMKM Kabupaten Blora juga telah menjangkau pasar ekspor.
Seorang pengusaha muda yang fokus terkait pengolahan hasil hutan yakni Tri Agung Prasetyo.
Perajin bonggol akar jati, asal Desa Tempelemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora ini mampu menyulap hasil hutan ini untuk diolah menjadi beragam jenis.
Mulai dari properti, furniture, souvenir, kuliner, lukisan, bahkan pembungkus makanan.
Berkat beragam karyanya, produknya mampu mendongkrak popularitas Kabupaten Blora di dunia internasional.
Tri Agung Prasetyo menceritakan pangsa pasar penjualan ekspornya kepada Tribunjateng saat ditemui di rumahnya.
“Untuk Akar jati ini mulai dari domestik hingga nasional. Kalau keluar negeri pasar ekspornya ke amerika, sebagian eropa, arab dan Asia juga,” ucapnya, Jumat (14/01/2022).
“Kalau yang di eropa ada 3 negara, di asia ada dua negara,” imbuhnya.
Tri Agung juga mengungkapkan bagaiaman teknis pembayaran jika ada buyer luar negeri yang akan melakukan transaksional.
“Biayanya itu keliling otomatis transfer langsung dari USD ke rupiah,” ujarnya.
Menurutnya, di Blora, perkembangan kerajinan bonggol jati ini dari mulai dirinya terjun di akar jati ini, peminatnya semakin banyak.
“Apalagi untuk ekspornya. Karena mungkin dari segi bentuk dia gak sama pasti berbeda,” kata dia.
Untuk kualitas ini sendiri, Tri Agung mengatakan kualitas dari bahan jati Blora ini yang terbaik.
“Untuk kualitas, nggak akarnya pohonnya juga bagus. Apalagi kayu Blora, mulai daunnya aja oke. Ini nomor satu,” tandasnya.
Tri Agung memiliki 15 buyer dari 8 negara. Antara lain, Portugal, Amerika, Arab, Dubai, Perancis, Brasil, Panama, Portugal.
Sebelumya, dirinya mengirim dua kontainer untuk kawasan Timur Tengah, Riyadh dan kawasan Amerika Latin, yakni negara Panama. Untuk Riyadh adalah order ketiga kalinya. Kalau Panama ke tujuh kalinya.
Dalam transaksi pembayaran, dilakukan sistem penjualan cash dan tidak ada retur.
"Order awal DP 50 persen dan sisanya pas sehari sebelum dikirim. Tidak ada sistem tempo bayar atau retur alias beli putus. Termasuk ketika ada overload juga diganti sama buyer," terangnya.
Menurutnya, meskipun motif akar sedikit beda, namun harus ada kemiripan. Tidak semua negara standarnya sama, misal Paris yang hanya menerima produk jati, adapula beberapa negara yang melarang produk produk kayu tertentu.
"Kerajinan akar jati itu berkembang pesat. Ada yang diolah menjadi patung, properti rumah seperti meja, kursi, almari, pintu, sketsel, jendela, hingga souvenir dan hiasan rumah. Bahkan kini ada pula yang dipadupadankan dengan olahan kaca, besi, resin," bebernya.
Dirinya menegaskan kualitas kayu ada standarnya, terutama mengenai tingkat kekeringan kayu atau kadar air.
Untuk kayu yang kadar air tinggi tidak mungkin diekspor. Karena ketika di dalam kontainer yang suhunya panas, produk akan mudah berjamur.
"Cuma sayangnya, di Blora tidak ada perusahaan oven modern. Jadi barang saya kirim ke Jepara dulu untuk numpang oven. Saya bawa ke sana satu truk sekali oven," ungkap dia.
Dia berharap untuk para pengrajin di Blora untuk tetap menjaga kualitas.
“Kalau menurut saya lebih ditingkatkan aja untuk kualitas, terus kreatifitas, jadi mengolah bahan yang abstrak menjadi bentuk nyata, yang tak berbentuk jadi bahan yang bisa dimanfaatkan dan berfungsi,” harapnya.
“Untuk ekspor schedulnya satu bulan kalau memang barang yang di request ready stok bisa hitungan satu atau dua minggu untuk persiapan packing, ada yang 3 bulan tergantung arah negara tujuan dan permintaan buyer,” pungkasnya. (kim)