Cara Membaca Lemparan Sio Pwee dalam Tradisi Pa Pwee Klenteng Tek Hay Kiong Tegal
Pa Pwee merupakan tradisi Tionghoa dengan melemparkan sebuah alat khusus yang dijadikan media berkomunikasi dengan dewa.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tribun Jateng/ Fajar Bahruddin Achmad
Proses tradisi Pa Pwee saat meletakkan kembali patung dewa ke altar di Kelenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal, Rabu (19/1/2022).
Tetapi jika keduanya tengkurap, artinya dewa tidak setuju.
"Jadi biasanya posisi dewa itu kan di tengah-tengah altar, lurus dengan orang yang bersembahyang. Kalau miring atau belum lulus, dewa pasti tidak setuju," jelasnya.
Chen Li mengatakan, penempatan patung dewa harus sesuai keinginan dewa.
Jika dewa belum setuju, maka harus diulang.
Paling lama biasanya sampai 14 kali lemparan Pa Pwee.
"Kalau belum setuju, berarti ada yang kurang pas. Jadi harus kita cari tahu," ungkapnya. (fba)
Rekomendasi untuk Anda