Berita Internasional
Perampokan di Gereja Liberia: 29 Orang Tewas Terinjak-injak saat Coba Selamatkan Diri
Sedikitnya 29 orang tewas terinjak-injak, termasuk wanita hamil dan 11 anak-anak, dalam kepanikan.
TRIBUNJATENG.COM – Anggota geng bersenjata merampok jemaah sebuah gereja di Liberia.
Sedikitnya 29 orang tewas terinjak-injak, termasuk wanita hamil dan 11 anak-anak, dalam kepanikan.
Saksi mata mengatakan, peristiwa tersebut terjadi Rabu (19/1/2022) malam waktu setempat.
Baca juga: Detik-detik Truk Hantam Mobil dan Motor di Lampu Merah Balikpapan, Sekejap dan Kendaraan Berserakan
Saat itu, jemaah baru akan meninggalkan kebaktian kebangunan rohani yang dikenal sebagai perang salib, yang diselenggarakan oleh gereja Pantekosta di lapangan sepak bola sekolah di Kota New Kru, lingkungan miskin Monrovia, ibu kota Liberia.
Seorang saksi mata mengatakan, saat itu tersebar kabar anggota geng melakukan perampokan dalam perjalanan ke luar.

Sontak jemaah gereja World of Life Outreach Mission International mencoba keluar melalui gerbang sempit di pagar yang mengelilingi lapangan sepak bola.
“Orang-orang berlarian kembali ke pagar karena takut akan nyawa mereka,” kata Emmanuel Gray, seorang penduduk Kota New Kru, mengatakan kepada stasiun radio Liberia OK FM.
“Banyak dari mereka mulai jatuh dan kemudian orang-orang mulai berjalan dengan menginjak mereka,” katanya, seperti dikutip dari The New York Times.
Gray mengaku bahwa ia dan pemuda lainnya menarik 17 mayat dari reruntuhan dan membawa mereka ke rumah sakit.
Jemaah lain mengatakan kepada stasiun radio yang sama bahwa kepanikan menyebar ketika gangster lokal yang dikenal sebagai "zogos" tiba dan mulai merampok orang dengan pisau.
“Orang-orang mendengar bahwa zogo mengambil barang-barang dari mereka setelah perang salib,” kata James Toe.
Seorang juru bicara polisi mengatakan bahwa penyelidikan sedang berlangsung dan bahwa satu orang yang membawa pisau telah ditangkap.
Presiden Liberia George Weah mengeluarkan pernyataan yang bersedih atas peristiwa itu dan mengumumkan tiga hari berkabung.
Pendeta yang memimpin kebaktian, Abraham Kromah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia sangat sedih dengan kematian tersebut.
Juru Bicara Kepolisian Nasional Liberia, Moses Carter, mengatakan pihaknya menginterogasinya sebagi bagian dari penyelidikan polisi.