Berita Tegal
Mengenal Tek Hay Cin Jin, Dewa Kelenteng Tegal dan Tokoh Perlawan Etnis Tionghoa Terhadap VOC
Tek Hay Cin Jin, memiliki nama asli Kwee Lak Kwa. Dia juga menjadi dewa utama Kelenteng Tek Hay Bio di Pecinan, Semarang
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,TEGAL- Kongco Tek Hay Cin Jin merupakan tokoh berjasa bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Tegal.
Dia menjadi dewa utama dan tuan rumah di Kelenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal.
Sosoknya, dianggap sangat berjasa dan dihormati oleh masyarakat keturunan Tionghoa.
Tek Hay Cin Jin, memiliki nama asli Kwee Lak Kwa. Dia juga menjadi dewa utama Kelenteng Tek Hay Bio di Pecinan, Semarang.
Baik di Tegal maupun Semarang, sosoknya dikenal sebagai tokoh perlawanan etnis Tionghoa terhadap VOC di Batavia pada 1740.
Baca juga: Viral Seorang Kakek Kejar Pencuri Motornya Sambil Gendong Cucu, Peristiwa Terjadi Siang Bolong
Baca juga: Kembali Diserang KKB Papua Saat Evakuasi Korban, Prajurit TNI Gugur Jadi 3 Anggota, 1 Kritis
Chen Li Wei Dao Chang atau Pendeta Chen Li Wei mengatakan, sejarah berdirinya Kelenteng Tek Hay Kiong didedikasikan untuk menghormati tokoh bernama Tek Hay Cin Jin.
Akhiran nama kelenteng yang berbunyi 'Kiong', itu berarti istana.
Karena itu, keberadaan kelenteng ini diperuntukkan untuk menghormati seorang tokoh.
Chen Li mengatakan, Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal berdiri sejak 1837.
Tetapi ada artefak yang juga menyebutkan tahun berdirinya lebih lama dari itu, sekira tahun 1760.
"Beliau (red, Tek Hay Cin Jin) dianggap moksa atau mencapai tingkat kedewaan di lautan Tegal, di sini.
Maka pemujaan terhadap beliau yang paling besar dan dianggap fokus itu di kelenteng Tegal," kata Chen Li, kepada tribunjateng.com, Kamis (27/1/2022).
Chen Li menjelaskan, Tek Hay Cin Jin mencapai tingkat kedewaan di Tegal dibuktikan dari adanya dua papan syair yang berangka tahun 1837.
Bunyinya menyatakan bahwa, Tek Hay Cin Jin mencapai kedewaan di tanah ini (red, Tegal).
Menurut Chen Li, papan syair serupa juga ditemukan di kelenteng Semarang.
Bunyinya hampir sama, bahwa Tek Hay Cin Jin mencapai moksa di Tegal.
"Bunyinya hampir sama, hanya yang di Semarang tertulisnya bahwa mencapai moksa di Tegal. Kalau yang di kelenteng Tegal, bunyinya di sini," ungkapnya.
Chen Li mengatakan, Tek Hay Cin Jin adalah gelar dewa untuk tokoh bernama Kwee Lak Kwa.
Dalam Taoisme 'Cin Jin' artinya orang yang meraih kesucian atau dapat disebut manusia sejati.
'Tek' artinya tempat yang memiliki banyak air, seperti rawa-rawa.
Kemudian 'Hay' artinya lautan.
"Hay itu lautan. Untuk mengenang beliau datang ke Kota Tegal itu melalui perairan," jelasnya.
Tokoh Perlawanan VOC
Chen Li mengatakan, Tek Hay Cin Jin merupakan tokoh asli dari Tiongkok.
Dia merupakan tokoh pahlawan dari etnis Tionghoa yang melawan VOC.
Karena saat itu, pernah terjadi pembantaian masyarakat Tionghoa di Batavia pada 1740.
Pembantaian yang menewaskan 10 ribu orang tersebut dikenal dengan nama Tragedi Geger Pacinan.
Sampai-sampai muncul istilah 'Angke' yang berasal dari bahasa Hokkien.
Artinya 'Ang' itu merah dan 'Ke' itu sungai, jadi sungai merah.
"Beliau tokoh perlawan orang Tionghoa di Batavia saat terjadi pembantaian besar-besaran yang dilakukan oleh VOC," ungkapnya.
Selain itu, menurut Chen Li, Tek Hay Cin Jin adalah seorang pedagang di jalur pantai Jawa.
Dia menjadi penghubung keturunan Tionghoa dari satu daerah ke daerah lainnya.
Dia banyak mengajarkan masyarakat berbagai kepandaian, seperti cara bertani dan menangkap ikan.
"Masyarakat yang pernah hidup bersama beliau menyaksikan beliau orang yang memiliki kekuatan lebih dari orang biasa," tuturnya. (fba)