Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Ajarkan Kemandirian Anak untuk Mengelola Uang dengan Aktivitas Belanja Bulanan

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi mandiri sehingga mampu membedakan hal-hal yang menjadi kebutuhan dengan keinginan.

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: moh anhar
TRIBUN JATENG/M NAFIUL HARIS
Dina Pramestya Rini (41) saat melakukan belanja bareng anaknya di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Salatiga, Jumat (28/1/2022). 

TRIBUNJATENG, SEMARANG - Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi mandiri sehingga mampu membedakan hal-hal yang menjadi barang kebutuhan dengan keinginan.

Tidak terkecuali bagi Dina Pramestya Rini (41).

Karena itu, terhadap buah hatinya Azzahra Mahia Kandithsari (11) semenjak kecil selalu dilibatkan dalam aktivitas belanja bulanan untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari.

Dina mengatakan sebagai orangtua yang memiliki anak perempuan merasa harus mengajarkan hal-hal yang kelak bakal menjadi tanggungjawabnya.

Baca juga: Tindakan Tercela Polisi Bripka BT Perkosa Mahasiswi Magang: Jangan tiru saya ya

Baca juga: Viral UK Pria Asal Solo Berkicau di Twitter Mengaku Lakukan Sejumlah Pelecehan Seksual

Ia, tidak ingin kelak dewasa anaknya menjadi kurang bijak dalam menggunakan uang lantaran semasa kecil tidak pernah diajari.

Sehingga, hasil kerjanya justru lebih banyak dipakai membeli barang yang bukan menjadi kebutuhan.

“Kebetulan anak saya hobinya masak, terus momen pandemi kemarin lebih banyak di rumah. Jadi, persisnya saya benar-benar kayak mengajari sesuatu yang kelak jadi tanggungjawabnya ya dua tahun terakhir ini.

Tujuannya, supaya dia bisa membedakan mana-mana barang itu penting dan tidak dibeli saat pergi berbelanja baik mingguan ataupun bulanan,” terangnya

Ia menambahkan, rutin melakukan belanja kebutuhan pokok bersama anaknya ke toko swalayan minimal dua minggu sekali atau sebulan.

Dari kesempatan itu lanjutnya, mulai proses identifikasi bahan-bahan di rumah yang telah habis semuanya dikerjakan anaknya.

Aktivitas itu, dimaksudkan supaya anaknya secara tidak langsung memiliki kepedulian terhadap kebutuhan rumah tangga.

Dina menyatakan, saat sedang menyortir berbagai kebutuhan sebelum berbelanja anaknya pun diwajibkan mencatat.

Hal itu kata dia, agar memudahkan dalam proses belanja manakala kebetulan kondisi toko sedang ramai. Di luar itu, membiasakan anak fokus pada tujuan berbelanja bukan akhirnya membeli barang lainnya.

“Untuk sekarang pola itu sudah berjalan dari perencanaan sampai termasuk anggaran jajan. Untuk jajan, dia juga saya kasih batasan harga. Jadi, kalau saya menilai setiap kali jadwal belanja dia pasti yang menulis catatan barang mau dibeli anaknya pun senang mungkin karena kayak pergi liburan dan tidak merasa diperintah,” katanya

Perempuan asal Kota Salatiga tersebut melanjutkan, disaat belanja juga membiasakan anaknya memisahkan barang-barang masuk kategori pangan dan non pangan seperti sabun, detergen, shampoo maupun lainnya.

Tidak kalah penting, manakala ada momen diskon hal itu juga tidak luput diarahkan agar dipilih ketimbang yang tidak.

Harapannya, nanti buah hatinya membiasakan diri hidup berhemat.

Hal serupa juga biasa dilakukan Ummi Azizah (30), setiap kali belanja ia selalu mengajak anaknya Maulida Maharani (9).

Di saat belanja itu, kadangkala dia membebaskan anaknya memilih barang yang dianggap menjadi kebutuhannya.

Memberi kebebasan anak memilih meskipun pada hal-hal sederhana dinilai memiliki pengaruh terhadap perkembangan emosionalnya.

“Kalau saya tidak sampai anak diminta bikin check list dan sebagainya. Hanya biasanya dia saya bebaskan pilih apa yang mau dibeli selagi itu untuk kebutuhan bukan jajanan. Meski yang namanya anak-anak suka juga tetep ambil jajan.

Momen itu, saya maksud dia kelak dewasa terbiasa menentukan pilihan, jika nanti kok tidak enak selaku orangtua tinggal edukasi pasta gigi misalnya ternyata kok rasanya beda ya tinggal dikasih tahu,” paparnya

Ummi mengakui, dari pengalaman itu dinilai jauh lebih mudah memberi pengertian ke anak. Alhasil, biasanya anak menjadi lebih penurut serta memiliki kepercayaan diri dan selalu meminta pendapat orang tua manakala ingin membeli atau menginginkan sesuatu.

Baca juga: Ayu Yakin Kesuksesan Klinik Medika Utama Berkat Kerja Keras Karyawan

Baca juga: Mengapa Harga Minyak Goreng di Pasar Tradisional Tak Sama dengan Minimarket, Ini Penjelasannnya

Ketimbang menerapkan pembatasan saat anak ikut orangtua berbelanja kondisi itu dianggap membuat anak tidak bisa bebas mengekpresikan maksudnya.

Meski demikian, kadangkala terdapat momen anak memaksa ingin suatu barang padahal bukan keperluannya.

Apabila menjumpai hal itu lanjutnya, yang dilakukan memangkas waktu belanja dari biasanya misalnya sekira satu jam menjadi setengah jam atau lebih kurang lagi.

“Paling gampang aslinya saat anak sedang jam tidurnya. Tetapi, saya lebih sering mengajaknya kadangkala sedikit-dikit kita ajarin bantuin orang tua pilih-pilih ambilin barang, naruh ke keranjang. Jika dilihat, tindakan-tindakan itu sepele tapi sebenarnya ada edukasinya,” tandasnya.

Belajar Bertanggungjawab

Pada dasarnya melibatkan anak-anak dalam aktivitas belanja bulanan maupun mingguan adalah suatu aktivitas yang positif.

Oktariana Indrastuti MPsi, Psikolog Klinis di RS Hermina Mutiara Bunda Salatiga, menjabarkan, secara psikologis, aktivitas itu dapat menjadikan anak-anak lebih mandiri serta bertanggungjawab atas keperluannya.

Kemudian, juga secara tidak langsung momen tersebut melatih anak mengelola keuangan secara tepat.

Sebaiknya, hal tersebut mulai diajarkan pada anak-anak semasa usia pra-remaja atau semasa SD.

Hal-hal sederhana menyangkut tanggungjawabnya bisa diterapkan saat belanja memilih barang dengan merek sama tetapi harga beda.

"Misalnya, manakala membeli pasta gigi, sabun, maupun sikat gigi.  Pola menanamkan nilai-nilai kepedulian juga bisa diajarkan melalui aktivitas belanja bulanan seperti membelikan barang titipan saudara dan seterusnya," katanya.

Manfaat dari aktivitas sederhana itu, diharapkan apabila anak dewasa nanti mampu memilah dan memilih barang yang dianggap penting.

Lalu, bijak mengatur-membelanjakan keuangan, dan tanggung jawab pada diri sendiri.

Kemudian, menyiasati rasa jenuh anak tidak ada salahnya sejak perencanaan melibatkan anak dalam memilih barang dan membuat daftar belanja.

Baca juga: Koalisi Ulama Marah Laporkan Jenderal Dudung yang Dicap Telah Berbuat Dosa

Baca juga: Tragedi Tiga Orang Terbakar Hidup-hidup di Rumah Kontrakan Gang Sempit: Mereka tidur

Selanjutnya, membagi tugas dalam mengelompokkan barang belanjaan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved