Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Sering Dijadikan Lelucon, Tak Disangka Bahasa Ngapak Budaya Majapahit yang Masih Murni

Wilayah Banyumas Raya memiliki karakteristik kebudayaan tersendiri yang beda dengan daerah lain. Diantaranya bahasa Panginyongan atau ngapak.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: moh anhar
TribunJateng.com/Khoirul Muzaki
Diskusi Sejarah #9 Historia bertemakan Budaya Majapahit di Jawa TengahTengah secara daring, Minggu (30/1/2022) 

TRIBUNBANYUMAS. COM, BANJAENEGARA - Wilayah Banyumas Raya memiliki karakteristik kebudayaan tersendiri yang beda dengan daerah lain.

Di antara kebudayaan khas itu adalah bahasa Panginyongan atau populer disebut Ngapak.

Saking uniknya, warga dengan logat Banyumasan sering kali jadi bahan candaan masyarakat luar daerah.

Tetapi warga Banyumas Raya mestinya percaya diri dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari ini. Dalam sejarahnya, Bahasa Panginyongan disinyalir lebih tua dari bahasa Jawa masyarakat bagian timur yang sudah terpengaruh kebudayaan Mataram (Yogya-Surakarta).

Baca juga: Ajak 160 Pelajar SD Senang Ikut Vaksin, Ada Wahana Petik Terong di Kebun Lapas Terbuka Kendal

Baca juga: Prediksi Bhayangkara FC Vs Barito Putera BRI Liga 1 2021, H2H, Susunan Pemain, Link Live Streaming

Heni Purwono, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Banjarnegara mengatakan, bahasa Panginyongan adalah budaya peninggalan era Kerajaan Majapahit atau Jawa pertengahan yang masih eksis sampai sekarang.

Buktinya, kosa kata Panginyongan yang dipakai masyarakat Banyumas Raya banyak yang sama dengan bahasa Jawa Pertengahan di era akhir Majapahit.

"Tradisi tulis dalam babad Banyumas juga banyak kosa kata yang sama dengan Pararaton maupun Negara Kertagama sebagai kitab babon era Majapahit, " katanya, Senin (31/1/2022).

Masyarakat Banyumas memiliki kemerdekaan berbudaya yang khas karena berada jauh dari pusat kekuasaan.

Mereka bisa kuat memegang tradisi dan sulit terpengaruh budaya baru, tak kecuali budaya bahasa baku saat Mataram Islam berkuasa.

Banyumas Raya diistilahkan Adoh Ratu Perek Watu, diartikan, jauh dari pusat kerajaan dekat dengan gunung-gunung.

Wilayah Banyumas Raya kala itu masih sulit dijangkau, karena berada di balik gunung-gunung besar, misal Gunung Sindoro-Sumbing di sebelah timur dan Gunung Slamet di sebelah barat.

"Jadi mungkin karena faktor geografis itu, Banyumas tidak banyak terpengaruh budaya baru, " katanya

Bahasa Panginyongan punya watak egaliter atau tidak mengenal perbedaan, blaka suta atau cablaka, jujur apa adanya atau terang-terangan. Karena itu, ia menilai bahasa ini, perlu dilestarikan dan relevan diterapkan di sepanjang zaman.

Di sisi lain, ia menjelaskan, ada riwayat persilangan Majapahit-Sunda ketika Raden Baribin, putra Brawijaya kawin dengan Ratna Pamekas keturunan Prabu Siliwangi yang merupakan penguasa Pajajaran.

Baca juga: Kata MUI, Buya Yahya dan Gus Miftah Soal Wasiat Dorce Gamalama untuk Dimakamkan sebagai Perempuan

Baca juga: Griya Petualang Indonesia Ajak Komunitas Lebih Aktif untuk Kemajuan Purbalingga

Baca juga: Wali Kota Tegal Dedy Yon Minta Masyarakat Hilangkan Stigma Buruk Terhadap Penderita Kusta

Banyumas Raya juga merupakan wilayah perbatasan antara kekuasaan Majapahit di sisi timur dengan Kerajaan Pajajaran di sisi barat.

Tak ayal, budaya Sunda pun ikut mewarnai kebudayaan Banyumas Raya hingga saat ini, semisal Calung. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved