Imlek 2022
Dewi Susilo Budiharjo : PSMTI Tekankan Pentingnya Persatuan Untuk Kemajuan Bangsa
"Membantu dan bersatu untuk menjadikan bangsa Indonesia lebih maju" jadi tagline Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - "Membantu dan bersatu untuk menjadikan bangsa Indonesia lebih maju" jadi tagline Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Hal itu langsung diutarakan Ketua PSMTI, Dewi Susilo Budiharjo dalam acara Tribun Topik Spesial Imlek beberapa waktu lalu.
Selain persatuan untuk kemajuan bangsa Indonesia, Dewi juga menuturkan, stigma buruk suatu suku harusnya dihilangkan.
"Apalagi adanya stigma anti Tionghoa, hal itu menjadi keprihatinan. mengahapus stigma tersebut menjadi pekerjaan rumah bersama demi kemajuan bangsa ini," tuturnya.
Ia mengatakan, suku Tionghoa juga bagian dari Indonesia karena suku Tionghoa sudah ada sejak zaman kerajaan.
"Jadi tidak perlu ada lagi gesekan antar suku, dan perbedaan yang sengaja dibenturkan. Negara ini butuh kesatuan, apalagi di tengah pandemi dengan b rbgai dampaknya, seperti sektor ekonomi," jelasnya.
Dalam acara tersebut, Dewi menuturkan, PSMTI ingin berjejaring dengan pemerintah dan masyarakat untuk membantu pemulihan bangsa di tengah pandemi.
"Sudah waktunya seluruh anak bangsa membantu dan bersatu untuk menjadikan bangsa ini lebih hebat. Hal itu juga manjadi doa kami dalam perayaan Imlek, agar Indonesia puluh baik pada sektor perekonomian maupun lini kesehatan," ucap Dewi.
Ketua PSMTI itu juga menjelaskan, untuk mendukung pemulihan bangsa, PSMTI bergerak di berbagai bidang.
"Kami bergerak di beberapa bidang, seperti budaya, pendidikan, sosial dan kemasyarakatan. Jadi apapun yang berhubungan dengan sosial kami ada di situ, namun perlu dicatat PSMTI tidak berpolitik dan tidak membatasi agama atau marga," tutur Dewi.
Selain menjunjung kebersamaan, Dewi sedikit menceritakan awal terbentuknya PSMTI yang berdiri pada 1998.
"Jadi sudah 23 tahun PSMTI berdiri, berkumpulnya warga Tionghoa dalam PSMTI karena kami mempunyai nasib dan penderitaan sama," jelasnya.
Nasib serta penderita yang dimaksud Dewi adalah pengalaman empiris mengenai sejumlah tragedi diskriminasi suku Tionghoa pada zaman orde baru.
"Dari tragedi tersebut, pemerintah Indonesia bersama Brigjen Teddy Yusuf, memberikan amanah agar warga Tionghoa dikumpulkan dan membentuk organisasi, tujuannya guna mebalut luka batin akibat sejarah kelam yang dialami warga Tionghoa di Indonesia, dari sana lah PSMTI berdiri," kata Dewi.
Dilanjutkannya, memang sedikit sulit menarik warga Tionghoa di Indonesia untuk berorganisasi, karena telah mengalami sejarah kelam, khusunya yang sudah berusia lanjut.