Wawancara Khusus
WAWANCARA : Amir Machmud NS, Ketua PWI Jateng: Jurnalisme Digabung TI Jadi Kekuatan Besar
KETUA Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Amir Machmud NS hadir di Studio Tribun Jateng.
Tanggal 16 Februari dialog empat rektor. Puncak tanggal 18-19 Februari ada sejumlah kegiatan yang fokus pada pariwisata di Kendal. Nanti ada juga pemecahan rekor minum kopi di Kendal.
Puncak acara, kami berikan penghargaan pada tokoh dan institusi yang tahun-tahun kemarin memberi kontribusi dalam pengembangan peningkatan sumberdaya wartawan.
Menurut Pak Amir perkembangan pers di Indonesia seperti apa?
Awal-awal pandemi kita sempat digelisahkan, bagaimana masa depan pers kita, terutama untuk kalangan milenial.
Apakah pers masih punya daya tarik sebagai lahan profesi di masa depan. Transformasi cetak ke digital membawa banyak dampak.
menurunnya omzet, tiras, media cetak. Berhadapan dengan tren penggunaan media informasi digital. Pelan tapi pasti media digital semakin menemukan bentuk.
Kita jadi tahu google adsense, algoritma google, kemudian juga ada profesi baru bernama kreator konten. Menyentuh dunia anak muda yang adaptasinya pada teknologi informasi, mulai menggeliat, ada gairahnya passionnya.
Saya berpikir nilai-nilai jurnalisme dengan kekuatan teknologi informasi ini bisa digabungkan sebagai kekuatan.
Artinya, apapun platform medianya, nilai jurnalistik tidak akan hilang. Bagaimana secara klasik jurnalistik masih dipertahankan, secara teknologi anak-anak muda yang berperan di situ.
Berita saat ini banyak keluar di media sosial juga?
Akan terbedakan. Ini era duopoli media. Satu pihak medsos berkembang masif dan cenderung banal. Media mainstream berkembang dengan gaya medsos.
Ini cepat atau lambat kita berharap, media mainstream tetap menjadi pusat untuk verifikasi informasi. Apa yang meragukan di medsos, media massa yang jadi penjernih.
Orang tetap akan melihat produk jurnalistik penting untuk menjadi gantungan informasi.
PWI ada program apa untuk 2022?
Dari periode pertama kepengurusan 2015 sampai 2020 kemarin, bertitik berat pada pendidikan wartawan. Artinya pengembangan kapasitas melalui uji kompetensi wartawan, orientasi kewartawanan, pelatihan-pelatihan. Itu yang kami tekankan.