Hari Valentine
Kisah Tragis di Balik Peringatan Hari Valentine, Ungkapan Kasih Sayang bagi Banyak Pasangan
Hari Valentine seringkali dianggap sebagai hari spesial untuk mengungkapkan rasa kasih sayang, yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
Penulis: Alifia | Editor: abduh imanulhaq
Kisah Tragis di Balik Peringatan Hari Valentine, Ungkapan Kasih Sayang bagi Banyak Pasangan
TRIBUNJATENG.COM – Hari Valentine seringkali dianggap sebagai hari spesial untuk mengungkapkan rasa kasih sayang, yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
Tidak hanya untuk pasangan, namun juga bagi orang terdekat yang dianggap sangat berharga.
Hari Valentine juga diidentikkan dengan coklat, bunga, lambang hati, warna merah dan merah muda hingga perayaan makan malam romantis lainnya.
Baca juga: 5 Tips Anti Jomblo di Hari Valentine Dijamin Bikin Pria Langsung Jatuh Cinta
Baca juga: Coklat Isi Kacang Mete Atau Almond untuk Valentine? Sudah Biasa, Coba Coklat Tempe Asal Salatiga Ini
Baca juga: Promo Alfamart Hari Ini 5 Februari Produk Spesial Valentine Susu Bubuk dan Cair
Baca juga: Tips Percintaan yang Harus Siap Dihadapi Setelah Kehilangan Kekasih
Ada banyak rencana dan agenda yang telah dipersiapkan bahkan sebelum tanggal 14 Februari setiap tahunnya untuk merayakan hari Valentine ini.
Namun, tak banyak orang tahu sejarah dibalik peringatan hari Valentine.
Berikut sejarah hari valentine yang dianggap tragis dan berbanding terbalik dengan perayaan yang selama ini dilakukan.
Pada tanggal 14 Februari 278 Masehi tepatnya, seorang Pendeta Roma bernama Valentine dihukum secara tragis oleh seorang Kaisar bernama Claudius II.
Pendeta Valentine dianggap telah menentang kebijakan yang telah dibuat oleh Kaisar Claudius II.
Sebagai hukumannya, Pendeta Valentine dipukuli secara tragis dan diakhiri dengan hukumann pancung.
Berdasarkan sejarah, Claudius II merupakan pemimpin Roma yang terkenal sangat kejam ia juga terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah.
Hal ini dilakukan, untuk terus mendapatkan kemenangan Roma dalam setiap pertempuran yang terjadi.
Bahkan, sang Kaisar juga yang memilih tantara-tentara kuat untuk bertempur dalam setiap peperangan.
Menunjuk tantara yang kuat adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan, karena banyak pria di Roma yang memiliki keluarga bahkan kekasih yang sulit untuk mereka tinggalkan ke medan perang.
Untuk memenuhi ambisinya, Kaisar Claudius II melarang warganya untuk menikah maupun bertunangan di Roma.