Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI RIBUT LUPIYANTO : Wadas dan Ujian Kepemimpinan Ekologis

PEMBANGUNAN yang memanusiakan dan prolingkungan masih menjadi PR besar bangsa ini. Baru saja di depan mata, rakyat Indonesia disuguhkan polemik dan ko

Tribun Jateng
RIBUT LUPIYANTO 

Oleh Ribut Lupiyanto
Deputi Direktur Center for Public Capacity Acceleration


PEMBANGUNAN yang memanusiakan dan prolingkungan masih menjadi PR besar bangsa ini.

Baru saja di depan mata, rakyat Indonesia disuguhkan polemik dan konflik terkait pembangunan Bendungan Bener di Kabutapen Purworejo.

Manfaat ekologis dan ekonomis Bendungan Bener tidak ada yang menyangsikan.

Namun proses pembangunan yang diwarnai konflik dan kekerasan juga tidak ada yang membenarkan.

Desa Wadas menjadi lokus konflik pembangunan Bendungan Bener.

Sebagian wilayah Wadas akan ditambang batu andesitnya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Sebagian warga menerima, sebagian lagi menolaknya.

Penolakan secara umum didasari atas kekhawatiran efek ekologis jangka panjang.

Pembangunan bendungan yang berorientasi ekologis jangan sampai mengorbankan ekologi lokasi lainnya.

Kasus Wadas memberikan ujian kepemimpinan yang pro rakyat sekaligus pro lingkungan.

Kepemimpinan Ekologis

Pendekatan politik ekologi penting dilakukan pemimpin untuk menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan khususnya di Wadas.

Politik dan lingkungan selalu saling berhubungan erat. Blaikie & Brookfield (1987) mendefinisikan politik ekologi ini sebagai kombinasi perhatian dari ekologi dan ekonomi politik dalam arti luas, yakni dialektika antara masyarakat dan sumber daya berbasis tanah dan termasuk juga dialektika antar kelas dan kelompok di dalam masyarakat itu sendiri (Walker, 2005).

Politik ekologi awalnya menekankan pada perubahan lingkungan biofisikal, kemudian berkembang pula sebagai respon dari teori Malthusian (Shanin, 1971) dan teori-teroi Marxist (Frank, 1969 dan Wallerstein, 1974).

Politik ekologi pada dekade 80-an menekankan pada peran ekonomi politik sebagai penyebab mal-adaptasi dan instabilitas atau disebut dengan fase politik ekologi strukturalis.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved