Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Liputan Khusus: Strategi UMKM Tempe Tahu Jateng Hadapi Mahalnya Kedelai

Pelaku UMKM mengalami dilema. Bila menaikkan harga tahu tempe dikhawatirkan pembeli pergi. Jika harga tak naik, dan ukuran sama, maka perajin tahu tem

Penulis: faisal affan | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Imah Masitoh
Produsen tempe di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran keluhkan harga kedelai yang tinggi, Senin (21/2/2022).  

Tunggu Subsidi

Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Jawa Tengah meminta para perajin tahu dan tempe untuk sedikit bersabar menunggu turunnya harga kedelai. Pasalnya, pemerintah akan segera mensubsidi harga kedelai Rp 1.000 per kilogram kepada para perajin.

Dengan demikian, harga kedelai yang kini pada kisaran Rp 11.500 per kilogram bisa didapatkan perajin dengan kisaran Rp 10.500 per kilogram.

Ia mengatakan, keputusan ini telah disepakati dalam Rakernas Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe (Gakoptindo) beberapa waktu lalu. Disebutkan, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM telah menyepakati akan merealisasikan bantuan terkait harga kedelai tersebut.

Adapun menindaklanjuti hal itu, beberapa waktu lalu telah dilakukan pertemuan dengan Primkopti kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Pertemuan dalam rangka koordinasi sekaligus pengumpulan data perajin tahu tempe sebagai penerima bantuan ini.

"Saat ini masih pendataan, sekarang antara 35 sampai 40 persen. Kurang 60 persenan lagi. Nyuwun sewu memang agak terlambat (dari rencana awal Maret 2022), masing-masing Kopti ada yang terlambat mengirim data karena persoalannya itu by name by address," kata Ketua Puskopti Jateng, Sutrisno Supriantoro.

Tergantung pusat

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan harga kedelai akan bertahan di angka saat ini hingga jelang Lebaran nanti.

Sebenarnya yang menyebabkan harga kedelai terus meroket, akibat dari kondisi cuaca buruk El Nina di Argentina, Amerika Selatan. Hal itu membuat harga kedelai per gantang dari 12 dolar AS menjadi 18 dolar AS.

Namun ada beberapa spekulasi lain yang mengatakan jika China memborong kedelai dari negara tersebut untuk pakan lima miliar babi ternak mereka.

"Dari 15 juta biasanya permintaan di sana naik menjadi 28 juta permintaan. Ini menyebabkan harga yang tinggi," terang Menteri Lutfi.

Senada dengan Lutfi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Arief Sambodo, mengatakan saat ini penyebab harga kedelai naik akibat dari cuaca buruk di Amerika Selatan.

"Intinya Indonesia butuh 3 juta ton kedelai, karena 86 persennya dipasok dari kedelai impor," terangnya.

Arief pun juga tidak mau banyak berkomentar terkait kebijakan apa yang akan diambil pemerintah.

Sebab, pihaknya masih menunggu arahan dari Gubernur maupun pemerintah pusat untuk mengendalikan harga kedelai di Jawa Tengah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved