Berita Jateng
Kenaikan Harga Elpiji Nonsubsidi Dorong Migrasi ke Gas Melon
Rudi menuturkan, meningkatnya permintaan masyarakat terhadap elpiji bersubsidi itu juga dibarengi dengan tambahan pasokan pengiriman elpiji dari Perta
Penulis: hermawan Endra | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Kenaikan harga elpiji nonsubsidi mendorong terjadinya migrasi atau peralihan penggunaan elpiji oleh masyarakat menggunakan elpiji bersubsidi atau ukuran 3 kg.
Seperti diketahui, harga elpiji nonsubsidi mengalami kenaikan sejak 27 Februari 2022 lalu, baik ukuran 5,5 kg dan 12 kg.
Hal itu terjadi menyusul terus melonjaknya harga gas dunia, akibat dampak perang Rusia-Ukraina.
Penjual gas elpiji di Kota Salatiga, Rudi mengatakan, harga gas elpiji ukuran 5,5 kg mengalami kenaikan sebesar Rp 12.000, dari semula Rp 81.000 menjadi Rp 93.000.
Sementara untuk ukuran 12 kg, kenaikan harga mencapai Rp 24.000, dari semula Rp 164.000 menjadi Rp 189.000.
"Melambungnya harga elpiji nonsubsidi membuat masyarakat sekarang beralih ke gas elpiji subsidi 3 kg atau gas melon, dan menjadikan permintaan gas melon juga meningkat," katanya, kepada Tribun Jateng, Senin (7/3).
Rudi menuturkan, meningkatnya permintaan masyarakat terhadap elpiji bersubsidi itu juga dibarengi dengan tambahan pasokan pengiriman elpiji dari Pertamina.
"Saat permintaan gas elpiji subsidi naik, pasokan dari pihak Pertamina sekarang dalam sehari mencapai 100 tabung. Sebelumnya dalam sehari hanya 80 tabung sekali kirim," jelasnya.
Rudi menuturkan, pihaknya sebagai penjual mengantisipasi naiknya permintaan gas elpiji melon dengan membatasi setiap pembeli maksimal dua tabung jika stok masih banyak.
“Jadi setiap KK (Kartu Keluarga) hanya dibatasi maksimal dua tabung, tapi kalau stok menipis kami berikan satu orang satu tabung,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga membuat kebijakan untuk pembeli yang tidak berdomisili Kota Salatiga tidak akan dilayani pembelian gas melon.
“Kalau warga dari luar Kota Salatiga tidak bisa membeli gas elpiji subsidi di sini,” tandasnya.
Untuk mencegah pembeli nakal, Rudi memberlakukan pembatasan dengan meminta pembeli memperlihatkan kartu identitas.
“Misal ada identitas yang mirip dan rumah yang sama, atau satu orang satu keluarga, kami tidak akan kasih. Kalau tidak kami teliti lagi pembeli yang akan menjual lagi yang mana,” jelasnya.
Adapun, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menginstruksikan kepada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng berkoordinasi dengan Pertamina untuk memantau distribusi minyak dan gas di provinsi ini, termasuk potensi migrasi atau konversi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.