Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2022

Mengenal Tradisi Nyadran di Desa Somakaton Banyumas, Sambut Bulan Suci Ramadhan

Di Indonesia banyak sekali tradisi yang ada di setiap daerahnya. Salah satunya tradisi Nyadran yang berkaitan dengan keagamaan.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: Catur waskito Edy
Tribunjateng.com/Imah Masitoh
Tradisi Nyadran dalam rangkan menyambut bulan suci ramadhan di Desa Somakaton Banyumas, warga membawa tenong berisi makanan untuk dimakan bersama setelah bersih makam di pelataran makam Mangunan Desa Somakaton, Senin (14/3/2022) 

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS – Di Indonesia banyak sekali tradisi yang ada di setiap daerahnya. Salah satunya tradisi Nyadran yang berkaitan dengan keagamaan.

Nyadran sendiri merupakan tradisi masyarakat Jawa yakni bersih makam yang sudah ada sejak dahulu dan masih sering berlangsung khususnya di pedesaan.

Di Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas sendiri tradisi Nyadran ini masih dijaga dan berlangsung turun-temurun hingga saat ini.

“Acara seperti ini sudah menjadi keputusan rutin satu tahun 2 kali bulan Maulud dan bulan Sadran,” jelas Wasidi selaku Kadus 2 Desa Somakaton.

Tradisi Nyadran di Desa Somakaton dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan dengan datang ke makam keluarganya dan membersihkan makam pada pagi harinya oleh kaum laki-laki. Kemudian dilanjutkan dengan acara syukuran setelah makam dibersihkan. 

Untuk syukurannya, ibu-ibu akan membawa wadah berukuran besar berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 60 sentimeter yang terbuat dari bambu perpaduan anyaman dibagian atas dan bawahnya.

Masyarakat Desa Somakaton biasa menyebutnya dengan istilah tenong. Cara membawanya dengan diletakkan di atas kepala.

Untuk tradisi Nyadran, isi makanan yang dibawa berisi ambeng atau nasi putih dengan lauk pauk yang dipisah, biasanya dibungkus dengan menggunakan daun.

“Tradisi Nyadran hampir sama dengan tradisi Suro (sedekah bumi) prakteknya sama bersih kuburan, bedanya di makanan bawaannya kalau ini pakai ambeng lauknya yang dipisah-pisah. Sukarela saja tidak ada ketentuan menurut kemampuan masing-masing,” jelas Nadas Kepala Desa Somakaton.

Tenong dijejer sepanjang pelataran makam jumlahnya biasanya sampai 100 lebih. Acara Nyadran akan di hadiri perangkat Desa Somakaton yang sekaligus membuka acara Nyadran ini. 

Di Desa Somakaton sendiri, acara Nyadran di bagi setiap dusun dan berlangsung di pemakaman tiap-tiap dusun.

Selaku pemuka agama desa akan memimpin doa dan tenong akan dibuka secara bersama-sama.

Setelah doa mereka akan makan bersama di pelataran pemakaman serta saling bertukar bawaan satu dengan lainnya.

“Tradisi ini harus dijaga sampai kapanpun jangan sampai hilang, karena ini mengandung nilai-nilai yang baik dengan mengingat keluarga kita yang sudah mendahului kita, didoakan, dan sebagai pengingat kita yang akan menyusul mereka kelak,” harap Nadas.

Menjelang acara ini akan ada pemberitahuan kepada para warga dua hari sebelumnya agar ada persiapan membuat bawaan saat tradisi Nyadran.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved