Berita Banjarnegara
Salah Ukur Bayi Pengaruhi Angka Stunting, Dinkes Banjarnegara Upayakan Antropometri Kit di Posyandu
Tingginya angka stunting masih menjadi permasalahan serius di berbagai daerah, tak kecuali di Kabupaten Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA -Tingginya angka stunting masih menjadi permasalahan serius di berbagai daerah, tak kecuali di Kabupaten Banjarnegara.
Stunting tidak boleh dipandang sebelah mata. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki kecerdasan lebih rendah dibandingkan anak yang tumbuh dengan optimal.
Pada akhirnya, stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Di tahun 2021, dari catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, persentase kasus stunting di kota Dawet Ayu itu masih 22,67 persen.
Angka kasus ini sebenarnya sudah menurun, dibandingkan Tahun 2020 sebesar 22,93 persen. Tapi angka ini masih jauh dari target penurunan angka stunting nasional di tahun 2024, yakni 14 persen.
dr. Sulistyowati, M.Kes, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara mengatakan, stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis. Ini ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar.
1.000 hari pertama sejak masih dalam kandungan merupakan masa penting mencegah terjadinya stunting.
Salah satu indikator untuk mengetahui kasus stunting adalah berdasarkan tinggi badan anak.
Masalahnya, alat ukur manual yang dipakai selama ini belum tentu tingkat keakuratannya dipertanyakan.
Padahal kesalahan dalam mengukur tinggi badan anak, selisih 1 cm saja, dapat memengaruhi angka stunting di daerah. Anak yang harusnya tak masuk kategori stunting, bisa tercatat stunting hanya karena pengukuran yang keliru.
Sulis mengatakan, pengukuran tinggi dan berat badan bayi selama ini menggunakan alat ukur manual, semisal dengan timbangan gantung atau alat ukur baju.
Pihaknya pun pernah membuktikan, tahun 2021 lalu, di sebuah desa dengan kasus stunting tinggi, setelah dicek atau diukur kembali, jumlah kasus berubah turun.
"Stunting itu indikatornya tinggi badan kurang dari 48 cm. Kalau mengukurnya selisih 1 cm (tidak akurat) , anak bisa tercatat stunting, " katanya, Rabu (23/3/2022)
Untuk memeroleh data yang lebih tepat, pemerintah mengupayakan pengadaan alat ukur yang lebih akurat, Antropometri Kit.
Pihaknya saat ini sudah memiliki 350 antropometri kit yang diharapkan bisa digunakan mulai tahun ini. Pengukuran menggunakan alat itu akan dilakukan oleh bidan atau kader kesehatan desa.
Jumlah itu, menurut dia, masih sedikit di banding jumlah Posyandu yang ada di Banjarnegara sejumlah 1500.
Pengadaan antropometri kit sebenarnya tak harus menunggu bantuan dinas atau kementerian. Pemerintah desa, dengan dana desa yang ada, bisa juga menganggarkan alat itu untuk kebutuhan Posyandu di desanya.
Dengan alat ukur yang tepat, diharapkan diperoleh data yang valid mengenai angka stunting di daerah. Sehingga membantu pemerintah dalam melakukan penanganan secara efektif. (*)
Baca juga: 5 Makanan dan Minuman yang Bisa Cegah Bau Mulut Saat Puasa
Baca juga: HIPMI Kudus Jaring Pengusaha Muda dari Kalangan Mahasiswa
Baca juga: 5 Shio Sangat Membebaskan Pasangan untuk Beraktivitas Positif
Baca juga: Viral Penumpang KMP Mishima Jatuh ke Laut, Saat TIM SAR Sibuk Cari Ternyata Sudah Santai di Rumah