OPINI
OPINI : Work Life Balance dan Kinerja Generasi Milenial
PERKEMBANGAN revolusi industri ke empat (industri 4.0) ditandai adanya peningkatan pada teknologi yang mencakup Internet of Things and Services (IoT d
oleh Faradiah Melva Ghoniyah
Mahasiswa Psikologi Profesi Unika Semarang
PERKEMBANGAN revolusi industri ke empat (industri 4.0) ditandai adanya peningkatan pada teknologi yang mencakup Internet of Things and Services (IoT dan IoS), yang memberi kemudahan dalam berbagai bidang, terutama pada bidang sumber daya manusia.
Tak heran zaman sekarang proses kerja dilakukan dengan mesin sehingga mengurangi tugas manusia.
Karyawan adalah aset yang berharga bagi perusahaan untuk mencapai arah atau tujuan perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya manusia yang berada di perusahaan menjadi hal penting.
Servei Penduduk Antar Sensus (2015), menjelaskan bahwa Indonesia tahun 2020-2024 angkatan kerja usia 15 sampai 64 tahun mencapai 70% dari total penduduk, dan 30% merupakan penduduk usia non produktif, angkatan kerja akan mulai didominasi oleh generasi milenial atau Generation Y (Muliawati & Frianto, 2020).
Generasi Y atau milenial di Indonesia merupakan penduduk kelahiran 1980 hingga 2000. Menurut Wen (2018) menyatakan bahwa karyawan milenial dianggap sebagai orang yang berpendidikan tinggi, ambisius, dan berorientasi pada karir, sehingga karakter tersebut diharapkan pada era industri 4.0 dapat lebih kompetitif dan produktif dari generasi sebelumnya untuk menanggapi persaingan global.
Melihat keunggulan generasi milenial yang dapat memanfaatkan teknologi akan mempermudah karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kualitas karyawan merupakan faktor penting dari sumber daya manusia yang turut menentukan kesuksesan perusahaan (Pfeffer, 1994).
Selaraskan kepentingan
Setiap karyawan mempunyai tujuannya sendiri. Selain tujuan perusahaan yang ingin dicapai, setiap karyawan memiliki tujuan lain untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang berbeda.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan kebutuhan karyawan seperti work-life balance sehingga puas dengan pekerjaannya.
Work-life balance diartikan untuk memberi karyawan fleksibilitas yang lebih besar dalam pekerjaan mereka sehingga karyawan dapat menyeimbangkan tanggung jawab dan minat mereka diluar pekerjaan Wambui (2015).
Menurut Yantje Uhing, Greis M. Sendow (2019) mendefinisikan bahwa work-life balance sebagai seorang individu yang dapat mengatur waktu dengan baik atau dapat menyelaraskan antara pekerjaan di tempat kerja, kehidupan dalam keluarga, dan kepentingan pribadi.
Karyawan milenial ingin memiliki fleksibilitas dalam bekerja dengan memprioritaskan work-life balance (Muliawati & Frianto, 2020).
Menurut Ganapathi (2016) menyatakan bahwa pentingnya menerapkan work-life balance seperti jam kerja yang fleksibel perlu dilakukan agar karyawan dapat melakukan aktivitas selain kewajiban mereka dalam bekerja.
Misalnya kegiatan dengan keluarga, olahraga, hobi dan lainnya, dengan tujuan menjaga serta meningkatkan kualitas dan komitmen karyawan. Oleh karena itu work-life balance mendukung dampak positif pada kinerja karyawan.