Berita Klaten
Anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko: Membumikan Pancasila Jauh Lebih Berat di Era Medsos
Era media sosial yang juga disebut era new media, membuat informasi jadi sangat personal. Hanya individu yang memiliki kepribadian dan karakter yang k
TRIBUNJATENG.COM, KLATEN -- Era media sosial yang juga disebut era new media, membuat informasi jadi sangat personal. Hanya individu yang memiliki kepribadian dan karakter yang kuat, sulit dipengaruhi oleh informasi yang datang silih berganti dari media sosial.
Hal tersebut disampaikan oleh Anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko, saat mensosialisasikan empat pilar kebangsaan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada Senin (28/3),
“Mereka yang berpikiran radikal mengumpulkan pengikut dari media sosial. Mereka yang memprogandakan gaya hidup liberal, pergaulan bebas, hingga individualistik juga menggunakan media sosial,” ujar Singgih menambahkan.
Ia melihat berbagai ajaran atau ideologi-ideologi itu, sampai kepada masyarakat Indonesia secara privat. Tak ada yang mengontrol atau mengawasi, apalagi memberi petuah,
“Orangtua yang serumah saja tidak pernah tahu, anaknya mengakses informasi apa saja. Apalagi para tokoh agama yang jauh dari kehidupan seseorang,” ujarnya.
Singgih berpendapat, empat pilar berupa Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI seharusnya makin ditingkatkan sosialisasi, terutama di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi, sebagaimana dahulu pernah dilakukan pemerintah, “Minimnya pemahaman nilai-nilai Pancasila bakal menggerus kepribadian bangsa,” imbuhnya.
Ujungnya, menurut Singgih, masyarakat terpolarisasi dalam dua kutub: ekstrem kanan yang tak toleran dengan mereka yang tidak sepaham,
“Atau menganut hidup bebas, mementingkan diri sendiri dan golongannya. Dan tak peduli dengan masalah bangsa atau penderitaan orang lain,” paparnya.
Hal tersebut berakibat, lunturnya semangat gotong-royong. Bahkan, ada yang berani mengkorupsi bantuan sosial saat pandemi Covid-19. Kepedulian masyarakat makin berkurang, manakala mendapati anggotanya mengalami kesulitan.
Singgih menekankan pentingnya orangtua dan para guru menguatkan pendidikan karakter berbasis Pancasila. Bahkan, para orantua juga tidak menyerahkan pengasuhan anak kepada gadget,
“Anak rewel jangan diberi ponsel, bila terbiasa dengan ponsel otomatis mereka juga akan mengakses media sosial. Dari situlah mereka mengakses informasi tanpa memilah-milah,” imbuhnya.
Menurut Singgih, membumikan Pancasila di era media sosial menjadi sangat berat. Untuk itu perlu kerja sama berbagai pihak terutama para orangtua.
Senada dengan Singgih, salah satu pembicara sosialisasi empat pilar Stevano Davi menyatakan, membumikan Pancasila sejatinya terus-menerus dilakukan.
“Masyarakat bahkan hafal dengan baik Pancasila, karena begitu sering mendengarkan sila-sila. Persoalannya adalah, bagaimana mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Tanpa memahami nilai-nilai Pancasila, membuat seseorang kehilangan panduan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.