Ramadhan 2022
4 Tempat Ngabuburit Asyik di Kota Semarang, Bisa Sambil Belajar Sejarah, Luna Maya Pernah ke Sini
Masjid Jami Pekojan memiliki tradisi unik saat ramadan berupa menyajikan Bubur India bagi jamaah masjid
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
Dia menambahkan, suguhan kopi arab jelang berbuka puasa sudah ada sejak dulu.
Tepatnya saat masjid layur berdiri.
"Dari dulu sekali sudah jadi tradisi bagi warga sekitar masjid," jelasnya.
Masjid tersebut dibangun tahun 1802.
Ciri khas masjid berupa menara sehingga kerap disebut masjid menara.
Pengamatan Tribunjateng.com, Masjid Layur semakin terawat.
Bangunan masjid terutama bagian menara tampak baru saja direnovasi.
Bangunan masjid telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemkot Semarang pada tahun 1992.
Sayangnya, bangunan cagar budaya tersebut terancam dengan penurunan muka tanah di kawasan pesisir.
Masjid tersebut terdiri dari dua lantai saat dibangun oleh saudagar dari Yaman.
Namun karena lantai satu sering banjir akhirnya diurug.
Kini tinggal satu lantai yang tersisa.
Lantai yang amblas saat ini dikosongkan, sebelumnya lantai tersebut digunakan untuk kegiatan belajar mengaji anak-anak.
"Saat musim hujan kawasan Masjid Layur memang sering kebanjiran," terang Pengurus Masjid Layur, Ali Mahsun.
Dia mengatakan, penurunan tahan di area masjid memang kian terasa.
Belasan tahun lalu pihaknya sempat meninggikan tanah masjid.
"Sekitar 20 tahun lalu terakhir lantai 1 masjid masih bisa digunakan," terangnya.
4. MAJT

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Jalan Gajah Raya, Sambirejo, Gayamsari, Kota Semarang tentu sudah sangat akrab bagi warga Semarang dan sekitarnya.
Namun tak banyak yang tahu bahwa masjid itu memiliki Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah yang berada di kompleks MAJT.
Museum berada di lantai 3 menara Al Husna. Di musem itu menyimpan segudang peninggalan sejarah Islam sehingga layak dikunjungi untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Humas MAJT Benny Arief Hidayat mengatakan, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah menyimpan beragam karya ulama besar khususnya di Jateng.
Karya Kiai Sholeh darat di antaranya yang menjadi unsur penting dalam perkembangan Islam di Jawa bahkan nusantara.
"Ada dua karya Kiai Sholeh Darat yang kami simpan dengan usia memang ratusan tahun," terangnya kepada Tribunjateng.com.
Dia menjelaskan, kedua kitab Kiai Sholeh Darat yang ada di MAJT berfokus mengajar kepada ketauhidan.
"Setahu saya hanya itu namun terkait sejarah Kiai Sholeh darat tak berani menjelaskan lebih detail lantaran ada pihak yang lebih tahu," terangnya.
Menurutnya, tak hanya Kiai Sholeh Darat melainkan ada peninggalan beberapa kitab karangan ulama tersohor di Jateng. Seperti kitab karangan Kiai Ahmad Rifai asal Batang, dan ulama lainnya. Terdapat juga cerita babat jawa dan layang Jati Kusumo.
Total ada lebih 20an kitab namun hanya beberapa saja yang ditampilkan di museum tersebut.
"Kitab itu diperoleh berkat kerja keras tim tujuh terdiri dari para ahli yang bertugas mencari, menemukan,mengumpulkan karya para Kiai," paparnya.
Dia menjelaskan, kondisi kitab yang telah berumur ratusan tahun tersebut kondisinya masih bagus dan selalu rutin dirawat.
Mengingat, koleksi tersebut merupakan manuskrip kuno yang menjadi sumber rujukan utama.
Beberapa kitab di museum yang diresmikan pada 2006 itu tetap dilestarikan sebagai sarana masyarakat dalam mengembangkan pendidikan dan meningkatkan kecintaan terhadap sejarah dan peninggalan ulama di Jawa Tengah.
"Literasi ini sangat penting untuk selalu kami gaungkan baik itu pengetahuan agama maupun pengetahuan yang lainya," terangnya. (Iwn)