Dongeng Nenek Kiri dan Kucingnya
Rumah Nenek Kiri juga sangat tua. Kalau badai datang, anginnya menyusup dari jendela.
Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM - Nenek Kiri sudah tua. Ia tinggal bersama Pusi, kucingnya yang setia.
Rumah Nenek Kiri juga sangat tua. Kalau badai datang, anginnya menyusup dari jendela.
Air hujan pun menetes dari atapnya. Bila sudah begini, Nenek Kiri ingin sekali pindah rumah.
Suatu malam, beberapa tikus hampir mencuri roti, daging asap, dan keju.
Dengan sigap Pusi mengusir tikus-tikus itu. Setelah itu, Nenek Kiri dan Pusi siap untuk tidur.
Namun, saat mereka hampir terlelap...tiba-tiba terdengar suara mengerikan...
Kriet...kriet... Ssshh...sshh! Pusi melompat ke dapur. Nenek Kiri mengikutinya.
Ugh, ternyata itu bunyi laba-laba besar yang sedang merajut sarangnya.
"Hush, pergi kau!" Nenek Kiri berteriak jengkel. Akhirnya sepanjang malam Nenek Kiri dan Pusi tidak tidur.
"Mungkin kita harus bangun di malam hari, dan tidur pada pagi hari," gumam Nenek Kiri.
"Siang hari tikus dan laba-laba tidak berani keluar."
Begitulah, mereka akhirnya sarapan pada pukul delapan malam, makan siang pada tengah malam, dan makan malam pada pukul tujuh pagi.
Pukul sembilan pagi mereka tidur dengan nyenyak.
Suatu pagi, ketika mereka hendak tidur, terdengar suara gaduh. Buzzzz....zzzzzz.
Sekelompok lebah asyik mengumpulkan madu.