Religi
Setan Dibelenggu pada Bulan Puasa, Ini Penjelasan Masih Ada Godaan Maksiat
Namun, masih banyak godaan untuk makan, minum, berbohong, ghibah dan sebagainya.Semestinya jika membaca hadits Nabi, orang-orang yang berpuasa tidak
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Kenapa masih ada godaan berbuat maksiat atau melanggar perintah agama?
Berikut penjelasan dari Imam Ibnu Baththal dalam Syarhu Shahih Al Bukhari.
Pertama, makna secara hakiki.
وَتَأَوَّلَ الْعُلَمَاءُ فِى قَوْلِهِ ( فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ ) ، مَعْنَيَيْنِ . أَحَدُهُمَا : أَنَّهُمْ يُسَلْسِلُونَ عَلَى الْحَقِيقَةِ ، فَيَقِلُّ أَذَاهُمْ وَوَسْوَسَتُهُمْ وَلَا يَكُونُ ذَلِكَ مِنْهُمْ كَمَا هُوَ فِى غَيْرِ رَمَضَانَ ، وَفَتْحُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ عَلَى ظَاهِرِ الْحَدِيثِ.
Artinya: "Para ulama menakwil atau menafsirkan sabda Rasulullah saw, ‘Pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu’ dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan dengan makna hakiki, yaitu mereka (setan-setan) dibelenggu dalam pengertian secara hakiki sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan. Sedangkan ‘dibukanya pintu-pintu surga’ juga dipahami sesuai bunyi teks haditsnya."
Kedua, makna secara majazi.
وَكَذَلِكَ قَوْلُهُ : ( سُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ ) ، يَعْنِى : أَنَّ اللهَ يَعْصِمُ فِيهِ الْمُسْلِمِينَ أَوْ أَكْثَرَهُمْ فِى الْأَغْلَبِ عَنِ الْمَعَاصِى وَالْمَيْلِ إِلَى وَسْوَسَةِ الشَّيَاطِينِ وَغُرُورِهِمْ ، ذَكَرَهُ الدَّاوُدِيُّ وَالْمَهْلَبُ . وَاحْتَجَّ الْمَهْلَبُ لِقَوْلِ مَنْ جَعَلَ الْمَعْنَى عَلَى الْحَقِيقَةِ فَقَالَ : وَيَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ مَا يُذْكَرُ مِنْ تَغْلِيلِ الشَّيَاطِينِ وَمَرَدَتِهِمْ بِدُخُولِ أَهْلِ الْمَعَاصِى كُلِّهَا فِى رَمَضَانَ فِى طَاعَةِ اللهِ ، وَالتَّعَفُّفِ عَمَّا كَانُوا عَلَيْهِ مِنَ الشَّهَوَاتِ
Artinya: “Begitu juga sabda Rasulullah SAW ‘setan-setan dibelenggu’ maksudnya adalah sesungguhnya dalam bulan Ramadhan Allah menjaga orang-orang muslim atau atau mayoritas mereka secara umum dari kemaksiatan, kecenderungan untuk mengikuti bisikan dan godaan setan. Demikian sebagaimana dikemukakan oleh Ad-Dawudi dan Al-Mahlab. Al-Mahlab pun memberikan argumentasi yang mendukung kalangan yang memahami makna hadits ini dengan makna hakiki. Ia menyatakan bahwa setan terbelenggu karena para pendurhaka di bulan Ramadhan masuk ke dalam ketatatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari hawa nafsunya."
Imam Ibnu Baththal menjelaskan hadits Nabi di atas secara makna hakiki dan majazi,
Pendekatan secara makna hakiki, setan-setan dibelenggu sama dengan berkurangnya intensitas dalam menggoda manusia.
Pendekatan secara majazi bahwa Allah SWT menjaga orang-orang muslim dari kemaksiatan.
Dapat dipetik kesimpulan ibadah puasa adalah upaya manusia untuk menjaga dirinya dari belenggu kemaksiatan.
Semakin manusia bertakwa (melaksanakan perintah kepada Allah), maka iman semakin kuat dan terjaga dari maksiat.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW dalam hadits bersabda bahwa puasa mampu untuk menekan nafsu syahwat.
Hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu.