Ramadan 2022
TADARUS Rektor UNIMUS Prof Masrukhi : Hanya Iman yang Ditempatkan Dalam Hati
DALAM sebuah perjumpaan, sahabat saya Habib Hasan Toha, tokoh yang tidak asing bagi masyarakat Semarang, pernah bercerita.
Subkhanallah, tipis sekali batas antara bahagia dan derita, sehat dan sakit, bahkan hidup dan mati.
Dalam keterpurukan itulah seorang Stevens kemudian berfikir ke arah mana sesungguhnya hidup yang dijalaninya selama ini.
Kenapa kebahagiaan yang didambakan tidak juga diperoleh, meskipun kesuksesan, ketenaran, dan kekayaan sudah berada di genggamannya.
Saat itulah dia mulai mengenali dan mempelajari agama Islam melalui Alquran yang diberikan oleh saudaranya yang kebetulan beragama Islam.
Diceriterakanlah betapa nyaman dan syahdu kegiatan di dalam masjid melalui aktifitas spiritual yang dijalaninya selama ini.
Ketenangan dan kebahagiaan diperolehnya, meskipun duduk bersimpuh dalam kesendirian, dalam berkhidmat berdzikir kepada Tuhan di dalam masjid itu.
Masuk Islam
Damai dan bahagia selalu dirasakan dalam kesehariannya, meskipun jauh dari hiruk pikuk kehidupan yang penuh kemewahan.
Demi mengikuti ceritera saudaranya itu, dan ditambah dengan membaca dan mempelajari ayat-ayat Alquran maka terjadilah, di tahun 1977 Cat Stevens seorang penyanyi pop terkenal dari Inggris itu masuk Islam, dan kemudian berganti namanya menjadi Yusuf Islam.
Kiranya patut disadari, ternyata ada kebutuhan ruhaniyyah, yang sangat mendambakan pemenuhannya. Tidak cukup kita berhenti pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah; makan, minum, sex, berkuasa, terkenal, kaya, dan sejenisnya. Kebutuhan jasmaniah ini memang begitu menggoda sehingga manusia modern kerapkali terjerat pola fikir yang pragmatis dan hedonis.
Kebutuhan ruhaniyyah merupakan kebutuhan abstrak, kebutuhan jiwa di mana seseorang ingin merasakan kebahagiaan sejati, bahkan lebih jauh dati itu ingin merasakan sensasi kedahsyatan akan kenikmatan spiritual. Kekayaan, kekuasaan, ketenaran yang dimilikinya hanya dijadikan sebagai instrumen kehidupan guna memperoleh kenikmatan spiritual tersebut.
Oleh karena itu perilaku yang tampak adalah kegemaran memperjuangkan kebenaran dan keadilan meskipun harus berlawanan dengan banyak orang, ketulusan berbagi pada sesama di saat banyak orang mencari keuntungan pribadi sebesar-besarnya, kerelaan berkorban harta benda untuk kemaslahatan masyarakat, di saat orang lain gemar menumpuk harta kekayaan meskipun dengan cara yang tidak halal, serta selalu ingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT kendatipun hingar bingar kehidupan selalu menggodanya.
Seharusnya kesuksesan yang diraih seseorang akan paralel dengan kebahagiaan yang dirasakannya. Artinya semakin sukses seseorang dia akan semakin pula bahagia. Semakin kaya seseorang akan pula semakin bahagia.
Akan tetapi kanyatannya tidak selalu demikian, banyak orang sukses dalam karirnya, harta yang dimilikinya pun sangatlah berkecukupan, tetapi dia tidak pernah merasakan arti sebuah kebahagiaan.
Dia mengalami keterasingan, selalu resah dan cemas, bahkan dalam kondisi tertentu kesuksesan yang diraihnya bahkan menjadikannya terperosok dalam kehinaan. Dia mengalami kehampaan spiritual.
Bermakna