Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sukoharjo

Sosok Dila Bocah 7 Tahun yang Meninggal Disiksa, Pak RT Beberkan Respon Ibunya saat Dikabari

Tahlilan itu merupakan inisiasi dari warga di Desa Ngabeyan lantaran ikut terpukul atas kepergian Dila

Editor: muslimah
TribunSolo.com/Agil Tri
Sosok bocah UF alias D (7) yang disiksa dua kakak angkatnya GSB (24) dan FNH (18) di Desa Ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Kini kakaknya jadi tersangka saat konferensi pers di Mapolres Sukoharjo, Rabu (13/4/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Siapa Dila, bocah tujuh tahun yang meninggal karena disiksa kakak angkatnya?

Fakta baru terungkap jika kedua orangtua kandung Dila ternyata masih ada.

Puluhan warga menggelar doa bersama atau tahlilan untuk Dila atau UFH bocah 7 tahun yang meninggal lantaran dianiaya kakak angkatnya di Ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Acara doa bersama dimulai pada Rabu (13/4/2022) pukul 21.00 WIB di Balai Desa Ngabeyan.

Tahlilan itu merupakan inisiasi dari warga di Desa Ngabeyan lantaran ikut terpukul atas kepergian Dila.

Baca juga: Kronologis Ibu Muda Dibunuh, Jasad Dibuang di Septic Tank Tanpa Busana, 2 Pelaku Pelajar SMP

Baca juga: Beda Motif Para Pengeroyok Ade Armando, dari Terprovokasi hingga Karena Komentar di Medsos

"Ini dari masyarakat dan beberapa komunitas yang ingin mengadakan doa bersama. Kami pihak desa hanya memfasilitasi," kata Kadus 1 Desa Ngabeyan, Arif Qomaruddin, Rabu malam.

Namun berdasarkan pantauan Arif, pihak keluarga tidak menggelar doa bersama.

"Keluarga tidak menggelar tahlilan, ini yang di rumah ada ibu angkatnya dan mantunya," ungkapnya.

Pun demikian, ketika acara tahlilan digelar di balai desa, tak terlihat keluarga dari Dila.

"Enggak hadir, ini hanya relawan dan warga yang mau hadir dan mendoakan adik Dila," ungkapnya.

Sebelumnya, fakta mengejutkan diungkapkan Ketua RT tempat Dila atau UF (7) tewas mengenaskan disiksa kakaknya di Ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Di mana menurut Ketua RT Suraji, jika kedua orangtua kandung Dila masih hidup.

"Orang tua kandung Dilla itu masih, masih semuanya baik bapaknya maupun ibunya," katanya saat tahlilan kepada TribunSolo.com, Rabu (13/4/2022).

Suraji menjelaskan bahwa ibunya Dilla saat ini tinggal di Pinrang, Sulawesi Selatan.

Sedangkan bapak kandungnya juga masih hidup, namun ia tidak tahu saat ini berada dimana.

"Mamaknya di sana di Pinrang, Sulawesi, kalau bapaknya di mana kurang tahu karena kedua orangtuanya pisah (cerai), bapaknya menikah lagi," ujarnya.

Menurutnya, bapaknya Dilla masih hidup namun saat ini menjalani biduk rumah tangga yang baru.

"Bapaknya di mana itu enggak tahu," paparnya.

Ia mengaku, sempat menghubungi ibu kandung Dilla dan memberitahu kondisi Dilla.

Dirinya mengaku mendapatkan kontak dari saudara jauh.

"Kemarin anak saya menghubungi ibunya, jawab 'Insyaallah bisa pulang'," paparnya.

Namun, hingga sampai saat ini, ibu kandung Dilla juga tak kunjung pulang.

Dilla sendiri, diasuh oleh Kartini sejak berusia 35 hari.

"Karena budenya ingin punya anak perempuan, akhirnya diasuh oleh budenya," jelasnya.

Perilaku Kakak Dila

Perilaku GSB (24) dan FNH (18) yang menyiksa adiknya UFT alias Dila (7) karena saat masih kecil mendapatkan perlakukan buruk dari ayahnya.

Hal ini terungkap dari tetangga hingga pelaku yang blak-blakan saat ditunjukkan ke publik oleh polisi di Mapolres Sukoharjo, Rabu (13/4/2022).

Lantas bagaimana menurut pandangan psikolog?

 

Psikolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Rafika Nur Kusumawati, melihat jika pendidikan pola asuh sangat berpengaruh pada coping strategi anak dalam menyelesaikan masalah.

"Cara menyelesaikan masalah akan serupa, apa yang telah diajarkan orangtua ke anak," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (13/4/2022).


Menurutnya, apa yang mereka lihat dari sikap orangtua itulah yang akan dilakukan.

Terlebih keduanya mendapatkan perlakuan keras selama dididik orangtuanya khususnya ayahnya saat tersangka masih kecil.

"Perilaku pola asuh tidak akan bisa serta merta bisa hilang begitu saja, karena sebuah kebiasaan jadi akan susah untuk dihilangkan," paparnya.

Rafika menjelaskan, perilaku tersebut tidak hanya dari faktor dari orangtua saja, namun juga dari faktor lingkungan.

Disinggung mengenai adanya faktor broken home yang dialami oleh tersangka lantaran kedua orangtua berpisah, menurutnya juga bisa menjadi pengaruh.

"Jadi luka masa kecil itu juga bisa jadi pemicu juga menjadikan perilaku tersebut," ungkapnya.

Selain itu, untuk FNH yang masih remaja dinilai juga menjadi faktor emosinya yang masih naik turun saat harus mengasuh adik angkatnya.

"Untuk remaja sendiri masih naik turun, dan dia juga tidak mendapat peran yang baik dari orangtuanya, tidak mendapat dua sosok yang dia butuhkan apalagi untuk remaja," jelasnya.

Sehingga untuk penguasaan emosi dan penyelesaian masalah mencontoh perilaku yang diterapkan oleh kepada dirinya.

"Memang strategi penyelesaian masalah yang diambil sesuai dengan ayahnya tapi tidak memikirkan bahwa usai hingga setiap anak punya standar masing-masing," ungkapnya.

"Perlu juga orangtua membentuk merespon suatu permasalahan, membayangkan jika sebab akibat," lanjutnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Teka-teki Keberadaan Keluarga Dila, Tak Ikut Warga Tahlilan, di Rumahnya pun Tiada Doa Bersama

Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved