Ramadan 2022
TADARUS Tedi Kholiludin PWNU : Puasa dan Strategi Kebudayaan
BAGI masyarakat nusantara, Ramadan tak hanya tentang momen dimana didalamnya terdapat kewajiban melaksanakan ibadah puasa bagi umat Islam
Kata Geertz, betapapun umat Islam (santri) yang melakoni kewajiban ibadah puasa, namun, riyaya juga dirayakan oleh golongan abangan maupun priyayi. trikotomi lapisan sosial dalam masyarakat Jawa ini pada gilirannya bersua kala Riyaya.
Riyaya, dalam masyakat Jawa merupakan waktu dimana toleransi, sebagai sebuah lapisan dasar struktur mental masyarakat Jawa, berhasil mempertemukan mereka yang berasal dari ideologi yang berbeda. Inti dari riyaya adalah tentang meminta dan memberi maaf.
Tak lama setelah riyaya, masyarakat Nusantara kemudian menghelat satu tradisi yang sangat unik, Halal Bihalal.
Halal Bihalal sungguh-sungguh menjadi model strategi kebudayaan dengan langgam nusantara yang kental. Seperti halnya riyaya, Halal Bihalal juga menjadi titik temu seluruh kelompok dengan latar belakang agama serta kebudayaan yang sangat beragam.
Di situ suasana integrasi lebih dalam terbangun secara alamiah. Puasa serta pernak-pernik kebudayaan yang mengitarinya, secara sosiologis bisa menjadi meeting point, titik jumpa individu-individu yang sedang melakukan ritual secara personal serta kelompok lain yang turut terlibat sebagai partisipan aktif dalam momen bersama tersebut. (*)
Baca juga: Aliando Syarief Sudah Bisa ke Tempat Umum, Berharap Bisa Sembuh dari OCD
Baca juga: 75 Parpol Berhak Daftar Pemilu, Diprediksi Hanya Sepertiga yang Lolos Verifikasi
Baca juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Besok Kabupaten Batang, Ramadhan Hari ke-14, Sabtu 16 April 2022
Baca juga: 5 Arti Mimpi Rambut Rontok, Bisa Jadi Pertanda Buruk, Saatnya Introspeksi