Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Seniman Alfiah Rahdini: Hari Kartini Sepatutnya Bawa Refleksi Perempuan dalam Dunia Seni

Pematung perempuan Alfiah Rahdini membagikan refleksinya tentang Hari Kartini, perempuan, dan seni.

Penulis: IJS | Editor: Agung Dwi Ertata
TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Pengunjung sedang melihat pameran seni lukis "Don Quixote dan Hal-Hal Yang Belum Sudah" karya Goenawan Mohamad di Gallery Semarang, Kamis (13/6). Pameran seni lukis ini akan berlangsung hingga 14 Juli 2019. (Tribun jateng/Hermawan Handaka) 

TRIBUNJATENG.com – Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak para Kartini muda bersama-sama memajukan Indonesia.

Seniman muda Alfiah Rahdini menyambut baik ajakan tersebut. Menurutnya, Hari Kartini sepantasnya menjadi momen refleksi bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya perempuan.

“Dalam konteks apa pun, dari Ibu Puan sendiri atau dari beberapa aktivis yang telah menyuarakan perempuan untuk bergerak. Banyak yang telah mengobarkan semangat untuk perempuan maju. Saya sangat sepakat dengan ajakan itu,” ujar Rahdini dalam siaran pers, Kamis (21/4/2022).

Rahdini mengatakan, kondisi dunia saat ini memaksa setiap orang bergerak tanpa memandang jenis kelamin. Tidak hanya pada momentum Hari Kartini saja, perempuan harus tergerak menyelesaikan masalah dalam berbagai kondisi lain.

“Kondisi sekarang ini memaksa kita untuk tetap bergerak, enggak cuma terbatas laki-laki. Kita sebagai perempuan juga mau tak mau harus ikut terus bergerak untuk mengatasi berbagai masalah,” katanya.

Terkait ajakan untuk memajukan bangsa, Alfiah menggarisbawahi kemajuan seperti apa yang hendak dicapai bangsa Indonesia. Baginya, kemajuan terikat konteks.

“Memajukan memang harus menjadi refleksi kita juga. Kita harus melihat kembali juga bagaimana sebetulnya kemajuan dalam konteks Kartini. Bahwa kemajuan juga memiliki konteksnya,” lanjutnya.

Dalam konteks seni, jumlah perempuan masih belum bisa dibilang seimbang dengan seniman laki-laki. Dunia seni memang identik dengan laki-laki, terlebih dalam seni rupa patung. Pada jenis seni ini, jumlah perempuan pematung masih terhitung sedikit.

“Kalau di pematung, tidak banyak juga yang perempuan atau di seni rupa,” tambah seniman perempuan yang tercatat pernah memajang karya pada Koganecho Art Bazaar di Jepang itu.

Meski demikian, ada dinamika di ruang publik terkait keterlibatan perempuan dalam dunia seni yang biasa hadir dalam sosok seniman atau ide gagasan tentang keperempuanan. Hal itu membawanya untuk berefleksi.

Alfiah menilai, Hari Kartini sepatutnya membawa pada refleksi terkait perempuan dalam dunia seni, baik dari kesenimanan atau pun kekaryaan.

“Refleksi apakah perempuan dalam konteks seni sudah terbebaskan? Baik seniman maupun kekaryaan,” jelasnya.

Alfiah tidak menampik anggapan di masyarakat yang menyebut bahwa seni kurang menjanjikan bagi masa depan.

Keprofesian seni juga kerap dilihat sebelah mata. Padahal, seni bisa memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai pembangun jiwa dan rasa.

“Emansipasi yang dihadirkan Kartini itu juga emansipasi rasa,” tuturnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved