Berita Kendal
Kongres Pemilihan Ketua Askab PSSI Kendal Berakhir Ricuh, Peserta Minta Diulang Karena Tak Suportif
Panitia penyelenggara kongres Askab PSSI Kendal melakukan intervensi hingga terpilih satu calon tanpa melewati mekanisme pemilihan.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Kongres pemilihan Ketua Asosiasi Kabupaten (Askab) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kendal yang diselenggarakan di Hotel Anugerah Jalan Pemuda Kecamatan Kota Kendal, Senin (25/4/2022) berakhir kisruh.
Puluhan peserta menolak terpilihnya salah satu calon karena dianggap kongres berjalan tidak suportif.
Mereka menilai, panitia penyelenggara kongres melakukan intervensi hingga terpilih satu calon tanpa melewati mekanisme pemilihan.
Baca juga: Libur Lebaran di Kendal, Begini Cara Pengelola Wisata Menyambut Pengunjung, Semua Sudah Disiapkan
Baca juga: Proyeksi Zakat Ramadhan Tahun Ini Capai Rp 800 Juta, Ini Strategi Baznas Kendal Realisasikan Target
Baca juga: Dua Perguruan Tinggi di Kendal-Batang Dilebur Jadi Satu
Baca juga: Kebakaran Cenderung Meningkat Saat Libur Lebaran, Satpolkar Kendal Ikut Siagakan 50 Personel
Peserta kongres sekaligus Ketua PS Bahari, Pujiharto mengatakan, ada sekira 62 peserta kongres yang meminta kegiatan itu diulang.
Mereka menilai, jalannya kongres tidak suportif dan dimonopoli oleh panitia pelaksana kongres dari Asprov PSSI Jateng.
Menurutnya, jalannya kongres tidak sesuai prosedur atau aturan yang berlaku.
Ketua dipilih bukan melewati mekanisme pemilihan suara, namun melalui surat dukungan saja.
"Jalannya kongres ini baru tahap dukungan, belum sampai pemilihan."
"Tiba-tiba, ada satu calon terpilih dari surat dukungan itu," terangnya kepada Tribunjateng.com, Senin (25/4/2022).
Pujiharto menilai, panitia penyelenggara memihak pada calon terpilih tanpa melalui jalur demokrasi.
Hal senada juga disampaikan Ari Fredianto, selaku Ketua klub Persada Weleri.
Ari mengatakan, ketua Askab seharusnya dipilih dengan pemungutan suara (coblosan), bukan melewati surat dukungan.
Menurutnya, jika ketua Askab diambil dari surat dukungan, artinya panitia penyelenggara mengesampingkan hak suara peserta lain yang tidak mendukung dalam surat dukungan.
Padahal ada kotak suara dari kepanitiaan yang sedianya digunakan untuk pemungutan suara.
"Kami menganggap kongres tidak sah."