Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2022

TADARUS Prof DR. Masrukhi MPd : Menggapai Kebahagiaan Hakiki

ADALAH Ahmad Ibnu Arrosyid, salah seorang pangeran dari Dinasti Abbasiyah, memilih hidup sebagai rakyat biasa di pinggiran kota Basrah

istimewa
Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd | Rektor Univiversitas Muhammadiyah Semarang 

Oleh Prof. DR. Masrukhi, MPd.
Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang

ADALAH Ahmad Ibnu Arrosyid, salah seorang pangeran dari Dinasti Abbasiyah, memilih hidup sebagai rakyat biasa di pinggiran kota Basrah; hidup sederhana dengan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dia memilih melarikan diri dari hiruk pikuk istana ayahnya, yang berlimpah kemewahan dan kesenangan duniawiyah.

Tidak segan-segan dia berada di pasar Basrah bersama-sama dengan para pekerja kasar lainnya untuk mengadu nasib.

Dengan bermodalkan kuas dan tempayan, dia menawarkan jasa di pasar sebagai tukang cat dengan bayaran sehari 1/6 dirham, yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya selama satu minggu.

Hidup yang sangat berkekurangan untuk ukuran masyarakat Basrah waktu itu. Akan tetapi itulah yang dipilih sang pangeran, demi memenuhi hasratnya tenggelam dalam nikmatnya buaian ibadah kepada Allah swt.

Suatu saat ketika dia jatuh sakit, ada tetangganya yang sangat peduli mengunjungi rumahnya, dan ditanyakan “apakah kamu meninginkan sesuatu?”.

Dia menjawab, “rasanya aku akan mati. Bila aku mati cucilah jubah dan sarungku untuk kafanku, dan bukalah saku jubahku, karena di dalamnya terdapat cincin dari yaqut, bawalah cincin itu pada khalifah Harun Al Rasyid dan berikan padanya”. Tidak lama setelah itu sang pangeran meninggal dunia.

Cincin Yaqut

Merasa mendapatkan wasiat, maka sang tetangga itu mengambil cincin yaqut dari saku jubahnya, untuk kemudian diserahkan kepada khalifah Harun Al Rasyid. Serta merta sang klalifah sangat kaget ketika menerima cincin yaqut tersebut, karena cincin itu merupakan ciri kebesaran dari kelurga kerajaan yang hanya diberikan kepada anak-anaknya.

“Dari mana cincin ini kau dapat?” tanyanya. Maka diceritakanlah kepada khalifah, bahwa cincin itu diperoleh dari seorang pemuda tukang cat, tinggal di pinggiran kota Basrah (Irak), di sebuah gubug reyot dengan kondisi kehidupannya yang amat miskin. Pemuda itu sangat jujur dan tidak pernah meninggalkan detik-detik waktunya untuk beribadah kepada Allah.

Mendengar ceritera tersebut, tiba-tiba sang khalifah tersungkur dengan kepala di tanah, menangis sejadi-jadinya, dan berkata.

"Pemuda itu adalah anakku, ia meninggalkan aku setelah kudesak dia untuk menjadi khalifah kelak sebagai penggantiku.

Anakku Ahmad senantiasa memberikan nasihat, ia berkata padaku bahwa ia mengkhawatirkan bencana kekuasaan atas diriku.

Kini dia telah kembali kepada Allah tanpa mengambil sedirham pun dari hartaku, sedangkan aku seorang khalifah, dia lebih suka memilih bekerja sebagai tukang cat daripada sebagai khalifah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved