OPINI
OPINI Elisa Rinihapsari : Mewaspadai Ancaman Penyakit Pascalebaran 2022
MASYARAKAT Indonesia tengah menghadapi euforia libur dan mudik lebaran. Jalan raya, jalan kampung, padat dengan lalu lintas orang
Hal ini harus diwaspadai, karena kelelahan dapat menyebabkan turunnya imunitas tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan untuk terkena penyakit-penyakit infeksi (flu, radang tenggorokan, dan lain-lain). Kegiatan liburan yang padat harus disertai dengan istirahat yang berkualitas, baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya.
Seputar COVID -19
Kasus COVID -19 di Indonesia memang terus melandai, meskipun Presiden Joko Widodo menyebut tahapan transisi pandemi menuju endemi harus dilakukan dengan hati-hati.
Tren penurunan kasus COVID-19 tidak serta-merta membuat pemerintah melonggarkan aturan protokol kesehatan COVID-19.
Seperti diketahui bersama, selama libur mudik lebaran, kegiatan makan dan foto bersama umum dilakukan, dan harus diakui bahwa banyak orang mulai kendur dalam melakukan protokol kesehatan, baik dalam hal penggunaan masker maupun menjaga social distancing.
Masih menjadi teka-teki, apa yang akan terjadi di Indonesia dengan pandemi COVID -19 setelah libur lebaran berakhir.
Masyarakat masih harus mewaspadai naiknya kembali kasus COVID-19 pascalebaran. Protokol kesehatan sebaiknya tetap dilakukan. Kegembiraan selama liburan, seyogianya tidak mengendurkan kedisiplinan untuk menjaga diri dan keluarga tetap terhindar dari penularan COVID-19.
Hepatitis akut misterius pada anak
Belum jelas bagaimana kelanjutan pandemi COVID-19, namun dunia dikejutkan dengan berita merebaknya kejadian luar biasa hepatitis akut pada anak dengan penyebab yang tidak diketahui.
Rilis resmi dari situs who.int 23 April 2022 menyebutkan, setidaknya 169 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya telah dilaporkan dari 11 negara di Eropa dan satu negara di Amerika. Kasus ditemukan pada anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun.
Tujuh belas anak (sekitar 10 %) membutuhkan transplantasi hati; setidaknya satu kematian telah dilaporkan. Gejalanya meliputi sakit perut, diare, muntah, penyakit kuning, hepatitis akut parah, dan peningkatan kadar enzim hati. Sebagian besar kasus tidak disertai demam.
Kasus di Indonesia dilaporkan setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu hingga 30 April 2022.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) mengeluarkan Surat Edaran (SE) nomor HK.02.02/C/2515/2022tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology). SE tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal (Dirjen) P2P Maxi Rein Rondonuwu pada tanggal 27 April 2022.
Penyebab penyakit hepatitis akut pada anak ini masih dalam penyelidikan. Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A.(K) menyampaikan bahwa kasus hepatitis akut umumnya dikenal sebagai hepatitis A atau hepatitis E dengan penularan fekal-oral.
Namun kasus hepatitis akut yang dijumpai akhir-akhir ini ternyata bukan salah satu di antara jenis hepatitis yang pernah dikenal sebelumya (A-E). Laporan WHO menyebutkan bahwa kehadiran virus terdeteksi pada sebagian besar kasus hepatitis akut misterius ini, namun virus umum yang menyebabkan hepatitis virus akut (virus hepatitis A, B, C, D dan E) tidak terdeteksi dalam kasus-kasus ini. Selanjutnya, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A.(K) juga menyampaikan bahwa vaksin hepatitis yang sudah ada tidak bisa mencegah penularan hepatitis akut misterius ini.