Opini
OPINI Udi Utomo: Mengajarkan Investasi sejak Dini
INVESTOR pemula dari kalangan generasi muda kini sedang menjadi tren global. Menurut data PT Kustodian Efek Indonesia dan Bursa Efek Indonesia
Oleh Udi Utomo, SS MPd | Guru SMPN 5 Pati
TRIBUNJATENG.COM-INVESTOR pemula dari kalangan generasi muda kini sedang menjadi tren global. Menurut data PT Kustodian Efek Indonesia dan Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir triwulan I-2022, jumlah investor pasar modal sudah mencapai 8,3 juta orang, naik 12,23 persen dari 7,29 juta orang pada akhir Desember 2021.
Dari jumlah tersebut investor generasi milenial/Gen Y (lahir 1981-1995) dan Generasi Z (lahir 1996-2012) mendominasi dengan menyumbangkan 80 persen total populasi di pasar modal (Kompas, 18/4).
Namun, peningkatan jumlah investor dibarengi pula meningkatnya jumlah kasus investasi bodong. Setidaknya ada tiga aplikasi investasi bodong yang sedang diproses di kepolisian yaitu Opsi Biner Binomo milik Indra Kenz, Trading Quotex milik Doni Salmanan dan yang baru terungkap Robot Trading DNA Pro.
Investasi bodong bisa menjerat banyak korban karena pertama, tingkat literasi keuangan masyarakat yang belum memadai. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menyebutkan tingkat literasi keuangan Indonesia sebesar 38,03 persen. Artinya, masih ada 61,97 persen warga Indonesia yang belum memiliki literasi keuangan optimal.
Kedua, investor muda terjebak pertimbangan emosional dengan sifat FOMO (Fear of Missing out). Menurut Stillman (2019) FOMO merupakan suatu sifat ketakutan melewatkan sesuatu (takut ketinggalan dan takut ditinggalkan) sehingga mengabaikan nalar. Pertimbangan berinvestasi cenderung ikut tren karena takut dicap ketinggalan.
Padahal dalam berinvestasi harus didasari oleh nalar kritis dengan mempertimbangan prinsip 2 L yaitu legalitas dan logis. Legalistas mengacu pada lembaga keuangannya resmi terdaftar pada regulator. Logis dari segi keuntungan yang ditawarkan dan resikonya.
Kecerdasan Finansial
Agar orang bisa sukses dalam investasi maka orang harus memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial adalah kecakapan sesorang yang mampu mengelola dan merencanakan keuangan dengan baik (Aulia, 2010).
Lalu bagaimana mengajarkan kecerdasan finansial? Menarik mencermati pendapat pakar keuangan Morgan Housel dalam buku best seller-nya “The Psychology of Money” (2021) menyatakan keberhasilan dalam mengelola keuangan lebih dipengaruhi oleh perilaku daripada pengetahuan. Perilaku ini diistilahkan sebagai “psikologi keuangan” karena menurutnya mengelola uang bukan persoalan matematis tetapi lebih pada persoalan psikologi.
Kecerdasan finansial merupakan kecakapan hidup (life skill) daripada pengetahuan keuangan semata. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilainya harus diajarkan sejak dini sehingga menjadi suatu kebiasaan. Internalisasi bisa melalui pendidikan dan orang tua.
Kurikulum sekolah harus mengajarkan keterampilan keuangan seperti memperkenalkan siswa dengan kegiatan bisnis dan investasi. Jadi capaian tujuan pembelajaran tidak pememperolehan pengetahuan saja. Mata pelajaran untuk melatih keterampilan keuangan adalah mata pelajaran IPS untuk SD-SMP dan Ekonomi untuk SMA. Pembelajaran bisa lintas materi misalnya kolaborasi dengan mata pelajaran Prakarya.
Atur keuangan
Selain melalui pendidikan, keterampilan keuangan dapat diajarkan oleh orang tua. Ada beberapa trik dari Adam Khoo dan Keon Chee dalam buku “Bringing Up Money Kids” (2019) yang dapat diajarkan agar anak memiliki kecerdasan finansial. Pertama, mengelola uang saku. Uang saku merupakan masukan rutin di mana anak bisa belajar mengatur uang. Ajari anak mengelola uang saku dengan membuat anggaran pemasukan dan pengeluaran barang-barang yang akan dibeli. Orang tua untuk memastikan anggaran pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan.
Kedua, merencanakan belanja. Ajari anak untuk membelanjakan uang sesuai anggaran. Agar anak berdisiplin. Anak harus tahu konsep keinginan dan kebutuhan. Berikan pemahaman pada anak keinginan adalah hal-hal yang ingin kita miliki yang jika tidak dipenuhi kita tetap bertahan hidup seperti keinginan membeli gadget terbaru. Sedang kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus kita penuhi seperti makanan bergizi, tempat tinggal.