Guru Berkarya
Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi dengan Metode Two Stay Two Stray
Kualitas pengajaran sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Kualitas pengajaran tergantung dari cara menyajikan materi yang harus dipelajari.
Oleh: Afiri N Kurniawan MPd, Guru SMAN 2 Banguntapan Kab Bantul
KUALITAS pengajaran sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Kualitas pengajaran tergantung dari cara menyajikan materi yang harus dipelajari, cara guru memberi peneguhan, cara guru mengaktifkan peserta didik, supaya berpartisipasi dan terlibat dalam proses belajar, dan cara guru menyampaikan informasi tentang keberhasilan mereka. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil sesuai tujuan yang telah direncanakan, guru perlu mempertimbangkan strategi yang digunakan.
Guru perlu mengetahui situasi dan kondisi sekolah itu disampaikan kepada peserta didik, saran apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan belajar, cara atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran. Selain itu, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh tingkat efektifitas, efesiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik. Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang baik, guru perlu mengembangkan dan menerapkan strategi pembelajaran agar dapat menumbuhkan keaktifan peserta didik dan hasil belajar.
Melihat fenomena tersebut, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Sosiologi peserta didik, dapat menggunakan salah satu metode dalam model pembelajaran kooperatif yaitu tipe two stay two stray, dalam bahasa Indonesia yang berarti dua tinggal dua tamu dimana model ini menekankan kepada proses kerjasama dalam satu kelompok yang biasanya terdiri dari 4-5 peserta didik.
Agus Suprijono, (2009:23) menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar sosiologi dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.
Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
Metode two stay two stray memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan informasi kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Padahal pada kenyataannya hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantungan. Dalam model pembelajaran ini peserta didik dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan teman saat bertamu, yang secara tidak langsung peserta didik akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompoknya yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam kegiatan ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada peserta didik sehingga menambah pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari.
Peserta didik juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat peserta didik dalam belajar. Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh peserta didik dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, peserta didik dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir narasumber.
Dengan menggunakan metode ini kegiatan belajar peserta didik menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi kepada keaktifan belajar peserta didik, meningkatkan hasil belajar peserta didik, memberikan kesempatan terhadap peserta didik untuk menentukan konsep sendiri untuk memecahkan suatu masalah, memberikan kepada peserta didik untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya, membiasakan peserta didik untuk bersikap terbuka terhadap teman, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan metode ini juga bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. (*)