Berita Jateng
John Yakin Konsep Giant Sea Wall Bisa Atasi Rob dan Banjir di Teluk Semarang Pantura Jateng
Seorang konsultan dalam liputan khusus Tribun Jateng delapan tahun lalu menawarkan konsep tembok laut raksasa (Giant Sea Wall)
Penulis: galih permadi | Editor: galih permadi
Lambat laun, arus dari lautan membuat reklamasi pantai alami hingga berbentuk seperti sekarang.
Perusakan terhadap alam pun semakin masif.
Kota Semarang tidak hanya berhadapan dengan penurunan laut, tapi hilangnya humus (yang berfungsi untuk menyerap air) serta hutan.
Hal itu tidak hanya menimbulkan rob karena penurunan tanah di utara Jawa (Kota Semarang), tetapi juga masalah di sungai di Kota Semarang.
Hal itu tampak dari dangkalnya sungai di Kota Semarang, warna cokelat hingga terkadang ada bau busuk di sungai Semarang.
Baginya semua itu berhubungan.
"Belum lagi air laut sudah masuk jauh ke daratan hingga bercampur dengan air tanah," tuturnya.
Jebolan perguruan tinggi di Jerman itu lalu punya ide yang disebutnya sebuah sistem kecil dari sebuah sistem lingkungan yang besar.
Ia pun menggagas teknologi Dam Lepas Pantai (DPL).
Intinya, ia membendung lautan dengan tanah yang dikeruk dari sungai.
Tujuannya agar air laut tidak masuk ke daratan.
Lalu, dalam sistem itu juga ada danau buatan atau reservoir yang nantinya menampung air sungai yang sudah bersih karena sudah tidak bercampur dengan air laut.
Tanah yang digunakan untuk membendung laut itu menurut perkiraannya (hanya untuk Semarang) bisa mencapai 4.250 hektare.
Tanah itu bisa digunakan untuk beberapa infrastruktur mulai dari bandara bahkan pelabuhan samudra.
Daratan baru pun akan muncul di pinggir pantai akibat pembendungan itu.