Dongeng Kancil dan Jerapah Si Leher Panjang, Cerita Pengantar Tidur Anak
dongeng kancil dan jerapah , cerita pengantar tidur anak.“Awas, minggir!” terdengar suara si Jerapah, mengusir tiga binatang – Kambing, Keledai, dan
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Kancil berlari sangat kencang, melewati batu-batu, pohon, ilalang, dengan zigzag. Meskipun kakinya sangat panjang, namun Jerapah agak kesulitan mengejar Kancil. Lehernya yang tinggi membuat dia kesulitan melihat ke bawah sehingga ia sering tersandung. Kadang lehernya juga tersangkut dahan tinggi. Ia juga sulit berlari zigzag, karena setiap belokan dia kesulitan berlari.
Kancil sampai ke sebuah gua, lalu masuk ke dalam. Jerapah menyusulnya. Semakin dalam, semakin gelap dan sempit. Batuan Stalaktit di atap gua menusuk-nusuk wajah dan kepala Jerapah.
“Aduuuh, kepalaku!” jerit Jerapah. Ia berhenti masuk gua, “Tolong, aku kesakitan”.
Kancil pun berhenti. Ia berbalik mencari si Jerapah.
“Aduh, kau menginjak badanku.” seru Jerapah, karena dia terbaring sementara kepalanya berdarah
“Maafkan aku. Disini gelap sekali,” kata Kancil. “Ayo, aku tolong kau untuk berdiri, dan menuju ke cahaya itu.”
Cahaya kecil itu adalah tempat mereka masuk ke gua. Kancil memapah Jerapah keluar dari gua. Ternyata di luar, sudah ada Domba, Keledai, dan Babi menunggu.
“Teman kalian ini perlu pertolongan pertama, adakah yang bisa?”
“Aku bisa,” kata Keledai.
“Aku akan mengambilkan air untuk membersihkan luka-lukanya,” kata Kambing.
“Dan aku akan mengambilkan bulu domba untuk menutup lukamu dan alat P3K,” kata Domba.
“Kenapa kalian baik sekali?” tanya Jerapah dibalik derai air matanya dan wajahnya yang mengeluarkan darah. “Padahal aku sombong dan semena-mena kepada kalian.”
“Ya, memang kamu sombong terhadap kami,” kata Keledai, “Tapi dalam keadaan luka begini dan kamu membutuhkan pertolongan, tidak mungkin kami tinggalkan jika kami bisa menolongmu.”
“Jika dirimu tinggi, kamu bisa mengambil sesuatu dari tempat lebih tinggi, sementara jika kamu pendek, kamu bisa mudah melihat hambatan di bawah. Setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan, jadi kita harus saling bekerja sama, bukan malah menghina,” kata Kancil. “Nah, kamu sudah di tangah yang tepat, Jerapah. Aku pamit pergi dulu, ya.”
“Aku minta maaf atas kesombonganku, ya.” kata Jerapah. “Mulai sekarang, mari kita berteman.”
Domba, Keledai, dan Kambing tersenyum mengiyakan. (*)