Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Kasus PMK Terus Meningkat, RPH Sokaraja Tidak Menerima Potong Hewan PMK

Riko Teguh Wibowo selaku pemilik RPH Sokaraja, selama menjalankan usahanya baru pertama kali mendapati kasus PMK yang turut menyerang ternaknya

Penulis: Imah Masitoh | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
Ilustrasi. Foto: Dokumentasi suasana pasar hewan di Purbalingga saat dilakukan pemeriksaan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Kamis (19/5/2022). Dalam pemeriksaan tersebut setidaknya sembilan hewan ternak sapi di Purbalingga terindikasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). 

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS – Penyakit Mulut Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak semakin menjadi perhatian akhir-akhir ini dengan kasus yang terus meningkat. Pelaku-pelaku usaha ternak mengalami imbas dari adanya PMK ini.

Salah satunya Rumah Potong Hewan Sokaraja turut terdampak adanya PMK yang sudah menyerang wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitarnya.

Riko Teguh Wibowo selaku pemilik RPH Sokaraja, selama menjalankan usahanya baru pertama kali mendapati kasus PMK yang turut menyerang ternaknya.

Baca juga: 4 Fakta Gitaris Kahitna Ditangkap karena Narkoba: Bermula Laporan Warga, Konsumsi Sejak 2017

Baca juga: Crazy Rich Grobogan Joko Suranto Ternyata Ikut Sponsori Formula E Jakarta, Jelaskan Alasannya

RPH Sokaraja sudah biasa menjadi tempat jual beli hewan ternak sapi dan juga jasa pemotongan hewan sejak 10 tahun yang lalu.

Kejadian memotong ternak terjangkit PMK didapati sendiri pada hewan ternaknya sekitar 1 minggu yang lalu. Gejala-gejala pada sapinya mengarah pada indikasi PMK.

“Kandang ternak saya mepet pasar hewan soalnya jadi kemungkinan menular dari pasar dan langsung dipotong biar tidak menyebar,” ucapnya, Jumat (3/6/2022). 

Hingga saat ini Riko tidak menerima pemotongan hewan yang terindikasi PMK di RPH miliknya.

Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan kepada stok sapi yang masih tersedia miliknya.

“Sudah banyak tawaran dari petani untuk memotong sapi PMK di sini, saya tidak menerima,” ucapnya.

Dirinya juga mengaku belum mendapatkan sosialisasi mengenai bagaimana memotong ternak yang sudah terjangkit PMK.

“Pada saat itu ada penemuan di Wangon, saya tidak ke sana jadi belum tahu bagaimana memotong, dan bagian mana yang dibuang. Sampai saat ini belum ada sosialisasi” terangnya.

Setiap harinya penyemprotan desinfektan di kandang ternaknya terus dilakukan untuk menghindari penyebaran yang mungkin saja terjadi. Namun hal ini nampaknya belum sepenuhnya berhasil.

“Sepertinya hanya mengurangi baunya saja, buktinya sapi saya ada yang kena. Untuk beli desinfektan dan vitamin saja bisa Rp 3-4 juta rupiah. Solusinya pakai pisau saja,” jawabnya.

Menurutnya penutupan pasar hewan di Banyumas dikatakan telat, sehingga penyebaran PMK tidak dapat diminimalisir. Hal ini menjadikan pedagang ternak dari berbagai kota di wilayah Banyumas menumpuk di pasar hewan Banyumas.

“Telat untuk menutup pasar soalnya. Wilayah sekitar Banyumas seperti Gombong, Bumiayu ditutup. Di sini baru ditutup minggu besok jadi pedagang menumpuk di Banyumas,” jelasnya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved