Banyak Nyawa Hilang Tanpa Alasan, Warga AS Protes Maraknya Kekerasan Senjata
Kekerasan senjata di AS tercatat telah menewaskan lebih dari 18.000 orang sejauh ini pada 2022
TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC - Aksi protes merebak di sejumlah kota di Amerika Serikat (AS), menyusul penembakan yang sering terjadi dan menimbulkan korban anak-anak.
Kekerasan senjata di AS tercatat telah menewaskan lebih dari 18.000 orang sejauh ini pada 2022, termasuk hampir 10.300 kasus bunuh diri, menurut Arsip Kekerasan Senjata.
Dalam 4 hari saja sejak Jumat (3/6) hingga Senin (6/6), terjadi 300 penembakan yang tercatat di AS, dengan 124 korban tewas dan 325 orang luka-luka. Data tersebut diungkap oleh GunViolenceArchive.org, organisasi nirlaba di Washington DC yang melacak penembakan.
Serangkaian kasus kekerasan penembakan massal di AS antara lain tercatat di Uvalde, Texas; Buffalo, New York; dan Tulsa, Oklahoma, memicu kembali perdebatan tentang pembatasan ketat kepemilikan senjata yang ditentang keras oleh para pendukung hak-hak senjata.
Mudahnya mendapatkan senjata api di Amerika Serikat memicu kekerasan yang dilakukan warganya. Kaum ibu dan pelajar turun ke jalan mendesak pemerintah melakukan tindakan nyata untuk menghentikan kekerasan senjata.
Sejumlah organisasi terbentuk untuk mendesak pemerintah Amerika melakukan reformasi aturan kepemilikan senjata api. Mereka menginginkan pengetatan aturan di seluruh Amerika.
Setelah penembakan akhir pekan lalu, wali kota beberapa kota besar AS menyuarakan rasa frustrasi mereka atas dampak kekerasan terhadap warganya.
"Saya lelah berdiri di depan Anda berbicara tentang senjata dan jenazah," kata Wali Kota Chattanooga, Tim Kelly, kepada wartawan, pada konferensi pers Minggu (5/6), beberapa jam setelah dua orang tewas dan 14 terluka dalam penembakan di sebuah kelab malam di kotanya.
"Lonjakan kekerasan senjata yang kita lihat di seluruh negeri dan di sini, di Philadelphia, membuat saya tidak hanya patah hati, tetapi juga marah," kata Wali Kota Philadelphia, Jim Kenney, Minggu (5/6), sehari setelah tiga orang tewas dan 12 terluka akibat penembakan di bar yang ramai di distrik South Street.
"Kami melihat nyawa hilang tanpa alasan, dan mereka yang terluka dalam kekerasan senjata yang menghebohkan, kurang ajar, dan tercela," tambah Kenney, dikutip dari Reuters.
Pada Senin (6/6), sebagai tanggapan atas kekerasan senjata, Gubernur New York, Kathy Hochul menandatangani 10 RUU pengendalian senjata menjadi undang-undang.
Para anggota parlemen di Washington DC juga mempertimbangkan beberapa tindakan pengendalian senjata, tetapi undang-undang senjata federal yang baru menghadapi penentangan keras dari Partai Republik, terutama di Senat.
"Perubahan harus terjadi sekarang," kata Wali Kota Phoenix, Kate Gallego, dalam twit, setelah gadis berusia 14 tahun tewas dan delapan lainnya terluka dalam penembakan di sebuah mal pada Sabtu (4/6).
Akhir pekan lalu juga ada polisi yang ditembak di Baltimore dan Chicago. Pada Minggu (5/6) sore di South Side Chicago, seorang polisi terluka saat pemberhentian lalu lintas, menjadi petugas kedua yang terluka oleh tembakan di daerah itu dalam 4 hari terakhir.
"Berapa banyak polisi dan warga yang harus menjadi korban kekerasan senjata sebelum kita bertindak?" keluh Wali Kota Chicago, Lori Lightfoot, setelah penembakan.