Berita Semarang
Tri Subekso: Sudah Saatnya Lakukan Penyelamatan Candi Borobudur
Tri Subekso menyatakan penyelamatan Candi Borobudur memang sudah saatnya.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tri Subekso, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Semarang menyatakan penyelamatan Candi Borobudur memang sudah saatnya.
Penyelamatan tersebut menurutnya sebelum bahaya kerusakan akibat candi mengalami kelebihan beban atau muatan jumlah pengunjung yang diperkirakan tiap tahunnya mencapai 2 juta orang.
"Pada prinsipnya, wajib segera diatur, yang mau tidak mau harus diperkenalkan aturan baru," ujarnya pada Tribun Jateng, Senin (6/6/2022).
Tri menambahkan, penyelamatan Candi Borobudur akibat kelebihan beban sudah bertahun-tahun menjadi bahan diskusi, dan dengan ramainya pemberitaan dan informasi tentang kenaikan tiket masuk Candi Borobudur, memang sudah saatnya dieksekusi.
Aturan pembatasan pengunjung maksimal 1.200 orang telah dihitung terkait daya kekuatan tubuh candi harus menahan beban setiap harinya.
Belum lagi aktivitas pengrusakan seperti pengunjung yang melanggar aturan dan imbauan dari pihak Candi Borobudur, menerobos pagar pembatas, berfoto di lokasi terlarang, menaiki stupa, hingga melakukan vandalisme seperti menulis dengan cat hingga membuat grafir pada batuan candi.
Ia pun memahami kenaikan harga tiket dan pembatasan pengunjung akan mempengaruhi jumlah pengunjung.
Namun jumlah pengunjung yang naik ke candi juga akan mempengaruhi keausan candi, entah cepat atau lambat sudah pasti, khususnya batuan tangga.
"Kondisi ini sebetulnya sudah dapat diprediksi, terkait bagaimana struktur candi mengalami penurunan tiap tahunnya," imbuhnya.
Tri menggaris bawahi bahwa Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia, keberadaan Candi Borobudur memiliki keistimewaan sehingga harus diperlakukan khusus juga.
Candi Borobudur awalnya dibangun sebagai tempat ibadah, kemudian tidak berfungsi selama hampir seribuan tahun.
Keberadaan Candi Borobudur ditemukan kembali, dipugar, dan difungsikan sebagai cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan pariwisata.
"Jadi sekarang secara fungsi Candi Borobudur sama seperti obyek wisata sejenis di belahan dunia lain, seperti Kabah di Mekkah Arab Saudi, Tembok Ratapan di Yerusalem Israel, Kuil Emas di India, maupun Taman Lumbini di Nepal.
Adapunekerjaan rumah bagi pemerintah dan masyarakat ialah memberikan edukasi tentang aturan tersebut bagi para pengunjung untuk turut menjaga Candi Borobudur.
Pasalnya, reaksi yang ditunjukkan oleh warga mendengar kabar tersebut sangat beragam, bahkan oleh para akademisi maupun pemangku kebijakan.
Meski demikian, ada solusi yang bisa diberikan bagi pengunjung Candi Borobudur tetap maksimal memanfaatkan fasilitas yang diberikan meski tak harus naik ke area Candi Borobudur.
"Sebagai konsekuensi dari pembatasan pengunjung untuk menaiki candi hingga area stupa utama, maka bagi pengunjung yang memilih kunjungan di area pelataran candinya saja, kini kehadirannya perlu dimaksimalkan di Museum Karmawibhangga," urainya.
Terpisah, Wiwik, pemandu wisata Koperasi Desa Wisata Candirejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Borobudur mengatakan kebiasaan turis lokal yang berbuat tidak patuh pada aturan dan imbauan memang benar.
Meskipun ia tak dapat mengatakan dilakukan oleh sebagian kecil atau sebagian besar pengunjung lokal, namun setiap kali ia mengunjungi Candi Borobudur, pasti ia mendapati turis lokal yang diingatkan oleh petugas atau keamanan maupun pelaku wisata Candi Borobudur karena menaiki badan candi.
Meskipun pada beberapa kasus ada juga turis asing yang melanggar aturan candi, namun jumlahnya tak sebanyak turis lokal.
"Kalau turis mancanegara sebagian besar disiplin dan sangat menghargai aturan yang ada. Adapun aktivitas mereka saat menaiki candi biasanya mendengarkan cerita sejarahnya, cerita tentang relief-relief di candi,nilai moral di cerita itu, menikmati pemandangan, berphoto, dan ketika tidak banyak pengunjung biasanya mereka menikmati suasana di atas candi," ungkapnya.
Bahkan bagi turis bertas punggung, mereka selalu ingin berlama-lama di area candi memanfaatkan biaya tiket masuk yang mahal.
Adapun jasa sebagai pemandu wisata, Wiwik membanderol Rp 200 ribu per orang maksimal 2 orang untuk 1 sesi.
Per sesinya durasi 1,5-2 jam untuk mengunjungi Candi Borobudur maupun mengeksplorasi dewa wisata di sekeliling Candi Borobudur. (*)