Berita Purwokerto
Jagad Lengger Festival 2022, Ajak Publik Baca Rute Perkembangan Seni Tradisi Lengger Banyumas
Jagad Lengger Festival (JLF) sebuah gelaran yang ditujukan untuk membaca rute perkembangan tradisi Lengger dulu, kini, dan esok siap
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Catur waskito Edy
Perbincangan hal-ihwal lebih luas tentang lengger mulai dari kajian performance dan gender serta pandangan masa depan tentang lengger.
Pada program seminar, berbagai topik seputar Lengger akan dibahas.
Beberapa nama yang akan jadi narasumber adalah Garin Nugroho, Ahmad Tohari, Budiman Sudjatmiko, Yutina Devi Ardhiani, dan beberapa nama lain.
Perkembangan lengger dulu hingga kini, hingga lengger dalam produk sastra hingga sinema akan dibahas tuntas.
Pameran arsip lengger dan pemutaran film juga akan digelar.
Arsip lengger yang dipamerkan adalah olahan dari arsip milik Rene TA Lysloff, seorang peneliti lengger yang telah meneliti dan mengarsipkan dokumentasi Lengger sejak tahun 1980 di Banyumas.
Beberapa film juga akan diputar.
Otniel Tasman juga akan menyelenggarakan bedah buku pertamanya, 'Lengger Agamaku' di gelaran ini.
Tim kurator telah menyusun pertunjukan yang selama tiga hari akan menampilkan ragam transformasi tradisi lengger.
Beberapa nama yang akan tampil diantaranya, Paguyuban Langensari, Lengger Narsihati, Calengsai, Lengger laut, Rumah Lengger, SMKI Banyumas, Seblakan Sesukane, dan Didik Nini Thowok.
"JLF berupaya mengeksplorasi seni tradisi lengger dari sisi aktifasi arsip, seni pertunjukan langsung, fiksi dan fakta mulai dari sastra, kaset pita, hayat dan karya para tokoh, sampai film.
Harapannya pengunjung JLF mendapat pengalaman baru secara emosi maupun kognisi untuk memaknai lengger di masa silam, kini dan nanti," ujar kurator JLF, Abdul Aziz Al Rasyid.
Urgensi festival ini digelar adalah sebagai langkah mitigasi kebudayaan tradisi, khususnya Lengger yang terus mengalami perubahan di tengah arus zaman.
Kini Lengger menjelma menjadi beragam bentuk, dari klasik, kreasi hingga eksperimental.
Juga, di dalamnya berkutat persoalan identitas gender, ekologi, nilai, dan dekonstruksi yang menarik dibicarakan dari berbagai perspektif.
Keragaman itu menandai bahwa, tradisi Lengger bersifat dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman.