Berita Kesehatan
Berenu, Buah Maja yang Pahit Namun Berkhasiat
Seperti yang kita ketahui bahwa buah Berenu memiliki rasa yang sangat pahit.
Kandungan Fitokimia
Uji skrining fitokimia pada ekstrak daun berenuk menunjukkan bahwa Berenuk mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik dan steroid.
Sementara itu hasil uji sitotoksik daun berenuk aktif terhadap ”brine shrimps” dengan level toksisitas yaitu toksik.
Selain itu, buah berenu juga diperkaya dengan sederet nutrisi penting, seperti vitamin B1, vitamin C, karbohidrat, protein, kalium, kalsium, bahkan zat besi.
Manfaat
Berikut adalah beberapa manfaat Berenu bagi kesehatan, penelitian ekstrak daun berenuk sebagai obat luka (Parvindkk, 2015), diabetes (Amilhasan dkk, 2013; Tong dkk. 2015), dan kanker (Kusuma dkk,2014), dan penelitian potensi buah berenuk sebagai bahan bioalkohol/biofuel (Bahroni dan Istianah, 2018).
Masyarakat di Indonesia mengenal juga manfaat buah Berenu ini antara lain yaitu; mengobati diare dan disentri, untuk mengobati darah tinggi, mengatasi rasa mual dan muntah selama masa kehamilan, sebagai obat untuk mempercepat pemulihan luka dalam maupun luar, mengobati sakit asma, mengobati anemia dan meningkatkan konsentrasi.
Namun demikian meskipun buah ini punya segudang manfaat buah ini menurut para ahli juga dianggap sebagai mutagenik (dapat merangsang perubahan kromosom) terutama untuk sel puncak di sumsum tulang.
Jadi untuk masyarakat diharapkan penggunaan di rumah tanpa pengawasan yang tidak terkontrol oleh non-profesional harus sangat hati-hati.
Sebaran
Asal tumbuhan ini belum diketahui, namun spesies ini dipercaya menyebar kesleruh Amerika tropis selama masa pra-Columbus.
Tumbuhan ini dilaporkan ditemukan di Spanyol tetapi tidak ada rincian tentang budidayanya.
Berenuk dapat dengan mudah ditemukan di Amerika Utara, Amerika Tengah, Karibia, Amerika Selatan, Afrika, Asia, Eropa dan Oseania.
Pada kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Pati Barat Berenu dapat ditemukan di Cagar Alam (CA) Keling II/III dan CA Gunung Celering di Kabupaten Jepara.
Penulis
Budi Santoso (KPHK Pati Barat)