Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Universitas Semarang

Pentas Purnama Puisi di Atas Awan USM-PWI Jateng Bawa Audiens Berselancar di Lorong Sejarah

Pementasan malam kebudayaan bertajuk "Purnama Puisi di Atas Awan" yang digelar oleh Universitas Semarang (USM)

Editor: abduh imanulhaq
IST
Berfoto bersama usai acara 

Tak ketinggalan, mantan Menteri Transmigrasi dan Tenaga Kerja Erman Soeparno tampil ekspresif dengan beskap dan blangkon. Dia membawakan puisi "Cinta pun Menepikan Sekat".

Rektor Undip Prof Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum tampak gagah dengan puisi "Bulan di Atas Candi Sewu". Dari Kabupaten Magelang, Bupati Zaenal Arifin pun tampak menjiwai saat melisankan "Di Mungkid, di Kota Candi".

Gayeng

Suasana makin riuh dan gayeng saat Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng Rachnadi live on stage. Maklum, pejabat ini dikenal piawai dalam menulis kata-kata indah nan syahdu di medsos.

Sinoeng begitu prima saat melafalkan "Kenduri Simfoni Hati" karya Amir Machmud, seakan mengajak audiens melakukan perjalanan spiritual atas rakitan-rakitan batu bersejarah.

Bait puisi ini begitu dalam: //...inikah kenduri simfoni hati?/menziarahi candi-candi/menyusuri ilham agung/dalam sunyi...//

Honi Havana juga terlihat tegas ketika membacakan "Di Keteduhan Mendut". Perwira TNI lulusan Akmil 2000 itu mengaku suka puisi dan tak pernah bosan berwisata ke Borobudur.

Rektor USM Dr Supari terlihat menghayati ketika menyuarakan "Menjauhkan Warisan Peradaban", //...kelak, pada suatu masa/kau hanya bisa bercerita kepada anak cucumu/: tentang candi perkasa/tentang mahakarya luar biasa/tentang warisan peradaban tiada tara/cukuplah melihat foto-fotonya/menjejaki cahaya kegemilangannya/wangsa Syailendra pun pasti tak mengira/pada suatu masa/Sambarabudhara tak terjangkau/ kehendak meraih karib semesta.

Penonton pun sempat merenung, ketika Prof Sudharto menyajikan karyanya sendiri, "Borobudur, antara Konservasi dan Ekonomi", dan Prof Kesi membawakan "Mengantar Matahari di Gedong Sanga".

Akademisi yang tampil lain adalah Plh Kaprodi S1 Pariwisata USM Fajriannoor Fanani Sos MIkom ("Di Gerbang Cinta Samarabudara"), penyair Budi Maryono ("Sunyi Kabut Pagi"), Widiyartono R ("Suara-suara dari Bukit Baka"), Ch Kurniawati ("Luap Kata Rakai Pikatan, Luap Kata Pramodyawardhani"), Made Dwi Adnjani dengan penuh penghayatan melantunkan "Percakapan Hati Rakai Pikatan" dan "Percakapan Hati Pramodyawardhani", Dini Inayati ("Lewat Kearifan yang Terbaca"), serta Amir Machmud membacakam puisi terbarunya, "Cahaya Gunadharma".

Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto mengatakan malam kebudayaan ini sangat bagus sebagai penanda Dies Natalis Ke-35 USM. Dia menilai, candi adalah bagian dari karya budaya bangsa. Candi bukan hanya kobjek wisata yang mendatangkan keuntungan, tapi kita bisa belajar kearifan untuk dikembangkan untuk hari esok.

''Usia 35 tahun, saya kira momentum mewujudkan kan cita-cita USM menjadi universitas unggul,'' tandasnya.

Rektor USM Supari menegaskan, pergelaran ini sebagai komitmen betapa sebuah perguruan tinggi menjadi unsur terdepan mengajak masyarakat untuk menghargai, merawat budaya.

Selain itu memperingati Lustrum Ke-7 USM dan mempromosikan Program Studi Pariwisata Fakultas Teknologi Informatika dan Komunikasi USM.

''Kemegahan candi untuk mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar,bangsa berbudaya. Sejak dulu kita bangsa yang punya SDM luar biasa, bonus demografi luar biasa. Jangan sampai menjadi bangsa tersekat-sekat oleh ego sektoral partisan,'' kata Supari sambil menyebut kegiatan ini akan berlanjut.

Sedangkan Ketua PWI Amir Machmud NS mengatakan, parade puisi tokoh dan penyair adalah bagian bentuk penyegaran untuk mempromosikan kembali pariwisata Jateng di tengah pulihnya pandemi. (*) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved