Berita Karanganyar
Peternak Asal Karanganyar: Permintaan Hewan Kurban Masih Tinggi Meski Harga Naik
Kutut Lambang Pujadi kebanjiran pesanan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Peternak asal Desa Papahan Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, Kutut Lambang Pujadi kebanjiran pesanan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha.
Kutut menyampaikan, sebanyak 200 ekor sapi yang berada di kandangnya telah terjual untuk kebutuhan hewan kurban. Dari jumlah tersebut sebanyak 80 ekor sapi telah dikirim langsung ke pembeli. Sedangkan sisanya akan dikirim pada H-1 hingga H+3 lebaran.
Permintaan hewan kurban di tempatnya paling banyak berasal dari sekitar Solo Raya, meski ada beberapa yang berasal dari luar daerah seperti Jakarta. Pihaknya terpaksa mengurangi permintaan hewan kurban dari wilayah Jakarta lantaran adanya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mengharuskan adanya Surat Keterangan Sehat dari dinas terkait untuk mengirim sapi ke luar kota.
"Permintaan hewan kurban masih tinggi, kurang-kurang ini. Cuma barang tidak sebanyak dulu," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com.
Pihaknya saat ini membatasi orang asing masuk ke kandang. Pembeli hewan kurban dapat melihat sapi dari luar kandang saja. Pihaknya memperbolehkan pembeli masuk ke kandang apabila benar-benar steril, dalam artian bersih, riwayat perjalanannya jelas seperti dari rumah langsung ke kandang miliknya tidak mampir ke kandang lain.
Saat ini dia juga masih mendapatkan pesanan sebanyak 50 ekor sapi untuk kebutuhan hewan kurban. Dia masih mencari-cari sapi di sekitaran Karanganyar untuk memenuhi pesanan tersebut lantaran stok yang berada di kandang miliknya telah habis. Kutut tidak berani membeli sapi di pasar hewan karena kondisinya sulit dikontrol.
"Yang jelas pengadaan kesulitan saya karena tidak bisa kemana-mana. Tidak bisa mendatangkan dari luar. Cari yang dekat-dekat atau istilahnya celengan saya yang dulu dijual ke petani, saya tarik lagi," ucapnya.
Ada beberapa hal yang Kutut perhatikan ketika hendak membeli sapi dari luar, seperti silsilah sapi, kesehatan dan lainnya. Dia tidak akan membeli sapi apabila ada sapi yang sakit atau ada tanda-tanda tidak sehat.
Dia mengaku adanya PMK tidak berpengaruh terhadap permintaan terhadap hewan kurban. Hanya saja perawatan ternak dan kandang harus lebih ekstra dan hati-hati.
"Pengadaan dan perawatan ekstra ketat dan berat. Karena nutrisi harus bagus, pengobatan, penyuntikan dan vitamin untuk menjaga kebugaran," jelasnya.
Kutut mengungkapkan, lantaran biaya operasional mengalami kenaikan sehingga ada kecenderungan harga jual sapi juga naik. Dia dapat menjual 250 lebih sapi pada momen Idul Adha tahun lalu.
"Sampai saat ini 200 ekor sapi sudah laku, 50 order. Harga paling banyak Rp 21 juta sampai Rp 22 juta. Kalau kisaran harga jual mulai Rp 21 juta sampai Rp 25 juta," ungkapnya.
Dia telah mengasuransikan sapi yang ada di kandang untuk mengantisipasi manakala ada permasalahan entah itu sapi sakit atau mati. Menurutnya langkah tersebut merupakan upaya antisipasi terutama dengan adanya PMK seperti saat ini.
"Beberapa tahun saya main asuransi, saya ikutkan asuransi. Setiap sapi saya masukan asuransi, bayar premi. Ketiak ada masalah, ada mati atau sakit bisa diklaimkan," pungkasnya. (*)