Berita Internasional
Sri Lanka Bangkrut, Negara Sudah Tak Mampu Lagi Impor Minyak, Susu, Bahkan Kertas Toilet
Sri Lanka bangkrut dan dalam kondisi sarat utang setelah dilanda krisis ekonomi selama berbulan-bulan yang mengakibatkan krisis pangan, bahan bakar, h
TRIBUNJATENG.COM - Krisis ekonomi yang melanda selama berbulan-bulan membuat kondisi perekonomian Sri Lanka bangkrut.
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan, perekonomian negaranya "benar-benar runtuh". Negara sudah tak mampu lagi membayar impor minyak.
Sri Lanka bangkrut dan dalam kondisi sarat utang setelah dilanda krisis ekonomi selama berbulan-bulan yang mengakibatkan krisis pangan, bahan bakar, hingga listrik.
Baca juga: Pemerintah Harus Ekstra Hati-hati di Tengah 60 Negara di Dunia Terancam Ekonomi Ambruk
Baca juga: Jokowi Ungkap Ada 60 Negara di Dunia Ekonominya Akan Ambruk, 42 Sudah Pasti
Baca juga: Jokowi Ingatkan Ancaman Krisis Pangan & Energi, Bakal Ada 60 Negara Ekonominya Ambruk
Baca juga: Ekonomi Sri Lanka Terhenti Setelah Pasokan BBM Habis, Kantor-kantor hingga Sekolah Tutup
Bicara di hadapan parlemen, PM Wickremesinghe mengatakan Sri Lanka menghadapi "situasi yang jauh lebih serius" daripada kekurangannya saja, dan dia memperingatkan "kemungkinan jatuh ke titik terendah."
"Ekonomi kita benar-benar ambruk," katanya, Rabu (22/6/2022).
Dilansir Sky News, Wickremesinghe mengatakan bahwa BUMN di bidang migas Ceylon Petroleum Corporation memiliki utang $700 juta.
Alhasil, negara tidak bisa mengimpor bahan bakar karena hutang besar tersebut.
"Akibatnya, tidak ada negara atau organisasi di dunia yang bersedia menyediakan bahan bakar kepada kita."
"Mereka bahkan enggan menyediakan bahan bakar untuk uang tunai," kata perdana menteri.
Negara di Asia Selatan ini telah berjuang di bawah beban utang, ditambah efek pandemi Covid-19 yang mempengaruhi pendapatan pariwisata hingga meningkatnya biaya komoditas.
Pada bulan April, Sri Lanka menangguhkan pembayaran setara dengan $12 triliun dalam utang luar negeri.
"Jika langkah-langkah setidaknya telah diambil untuk memperlambat keruntuhan ekonomi di awal, kita tidak akan menghadapi situasi sulit hari ini," kata PM Wickremesinghe, menilai upaya untuk membalikkan situasi telah gagal.
"Tapi kami kehilangan kesempatan ini."
"Kami sekarang melihat tanda-tanda kemungkinan jatuh ke titik terendah," imbuhnya.
Dikutip dari The Guardian, komentar PM Wickremesinghe dinilai untuk menegaskan kepada para kritikus dan oposisi bahwa ia mewarisi tugas yang sulit dan tidak bisa diperbaiki secara instan.