Berita Internasional
Gempa Afghanistan, Warga Gali Reruntuhan Pakai Tangan, Air Bersih Saja Tak Punya, Ribuan Orang Tewas
Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang jarang tampil ke publik meminta pertolongan pada dunia
Pakistan menyatakan akan segera mengirimkan makanan, tenda, selimut, dan bantuan darurat lain ke lokasi paling terdampak gempa. Amerika berencana menyalurkan bantuan lewat PBB dan lembaga kemanusiaan, untuk menghindari pemberian uang ke Pemerintah Taliban.
Dari Amerika Serikat, penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, menyatakan negaranya akan mencari cara untuk memberi bantuan, termasuk membuka pembicaraan dengan penguasa Taliban.
AFP Peta gempa Afghanistan pada Rabu (22/6/2022) dan kekuatannya.
"Presiden Biden sedang memantau perkembangan dan telah mengarahkan USAID dan mitra lain pemerintah federal untuk menilai opsi respons AS membantu mereka yang paling terkena dampak," kata Sullivan, seperti dikutip AFP, Kamis (23/6/2022).
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan bahwa pemerintahnya telah pula menghubungi kelompok-kelompk kemanusiaan yang masih aktif di Afghanistan yang selama ini mendapat sokongan dana dari Washington.
"Mitra kemanusiaan AS sudah merespons, termasuk dengan mengirim tim medis untuk membantu mereka yang terkena dampak, dan kami sedang menilai opsi respons lainnya," kata Blinken dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip AFP.
Tak berselang lama setelah penarikan pasukan Amerika dan NATO dimulai, Taliban mengambil alih kembali pemerintahan Afghanistan. Amerika membuka pembicaraan dengan Taliban tapi menolak mengakui pemerintahan mereka.
Gempa merupakan salah satu bencana yang berulang kali melumat dan mengoyak Afghanistan, salah satu negara termiskin di dunia pada saat ini dengan pendapatan domestik bruto (PDB) tak lebih dari 500 dollar AS menurut catatan World Population Review.
Dalam seperempat abad terakhir, gempa paling mematikan di Afghanistan terjadi di 1998. Pada tahun itu ada dua gempa besar di sana.
Pada 4 Februari 1998, Afghanistan diguncang gempa berkekuatan magnitudo 5,9 dan setidaknya 4.500 orang tewas. Lalu, pada 30 Mei 1998, gempa berkekuatan magnitudo 6,6 menewaskan paling tidak 5.000 orang.
Gempa terbesar di Afghanistan dalam seperempat abad terakhir terjadi pada 26 Oktober 2015. Berkekuatan magnitudo 7,5, gempa di perbatasan Afghanistan dan Pakistan ini menewaskan 380 orang.
Di antara yang paling mematikan dan berkekuatan terbesar itu, gempa berkekuatan magnitudo 6,9 pada 1 Februari 1991 di Afghanistan tercatat menewaskan 1.500 orang.
Krisis kemanusiaan
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan organisasi ini telah menyerukan mobilisasi untuk bantuan. Pengerahan tim kesehatan dan pasokan obat, makanan, peralatan trauma, dan tempat penampungan darurat telah terkonfirmasi.
Akhundzada mengungkapkan kekhawatiran korban jiwa masih akan terus bertambah, seturut informasi yang sulit didapat dari lapangan.
"Itu adalah situasi yang mengerikan," kata Arup Khan (22), yang dirawat di rumah sakit di Ibu Kota Provinsi Paktika, Sharan.
"Ada tangisan di mana-mana. Anak-anak dan keluarga saya berada di bawah lumpur."
Direktur Rumah Sakit Sharan, Mohammad Yahya Wiar, mengatakan rumah sakitnya berupaya melakukan yang terbaik untuk merawat korban luka dari gempa pada Rabu.
"(Namun), negara kami miskin dan kekurangan sumber daya," katanya kepada AFP. "Ini adalah krisis kemanusiaan. Ini seperti tsunami."
Rekaman yang dirilis Taliban menunjukkan penduduk dari satu desa menggali parit panjang untuk menguburkan jenazah.
"Pemerintah bekerja sesuai kemampuannya," ujar Anas Haqqani, pejabat senior Taliban melalui Twitter. "Kami berharap Komunitas Internasional & lembaga bantuan juga akan membantu rakyat kami dalam situasi yang mengerikan ini."
Gutteres dalam ungkapan dukanya mencatat betapa beratnya tragedi ini di negeri yang sudah terkoyak oleh beragam krisis sebelum ini.
"Hati saya tertuju kepada rakyat Afghanistan yang sudah terhuyung-huyung akibat dampak konflik bertahun-tahun, kesulitan ekonomi, dan kelaparan. Saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga para korban dan berharap pemulihan cepat bagi yang terluka," kata Gutteres dalam pernyataannya, Rabu.
Selain menyatakan pengerahan bantuan sudah dilakukan, Gutteres juga menyeru kepada komunitas internasional untuk turun tangan. "Sekarang saatnya solidaritas," ujar dia.
Tomas Niklasson, utusan khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, lewat akun Twitter menyatakan, Uni Eropa sudah memantau situasi dan bersiap mengkoordinir bantuan darurat. (Kompas.com)