Berita Semarang
Respon Pelaku UMKM Recycle saat Diajak Kolaborasi Kelola Sampah di TPA Jatibarang Semarang
Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berusaha mengurangi produksi sampah di Kota Semarang
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berusaha mengurangi produksi sampah di Kota Semarang.
Untuk mengurangi produksi sampah tersebut, ia meminta semua dinas berkolaborasi dengan pelaku UMKM yang memproduksi barang recycle.
Langkah yang di ambil dengan memajang produk UMKM olahan sampah anorganik di car free day, tempat publik hingga minimarket yang ada di Kota Semarang.
Langkah tersebut dilakukan lantaran TPA Jatibarang sudah mencapai batas tampung, dan dua bulan ke depan dinyatakan sudah tidak bisa menampung sampah.
Baca juga: Mobil Bak Terbuka Terjun ke Jurang di Kejobong Purbalingga, Sopir: Tiba-tiba Sulit Dikendalikan
Baca juga: Ingat Ponari Batu Ajaib? Dulu Penghasilan Sehari Bisa Rp 100 Juta, Kini Ungkap Perubahan Nasibnya
Wacana tersebut mendapat respon dari sejumlah pelaku UMKM yang memproduksi barang recycle di Kota Semarang.
Trikayati (50) Ketua Bank Sampah Alamanda Pengkol Gunungpati Kota Semarang, misalnya, yang mengaku sangat setuju dengan langkah dari Pemkot Semarang itu.
"Karena selama ini produk kami hanya dipajang saat pameran saja, adanya kolaborasi tersebut tentunya sangat kami dukung," paparnya, Kamis (30/6/2022).
Dilanjutkannya, Kelompok Bank Sampah Alamanda hingga kini aktif memproduksi barang-barang recycle berbahan sampah anorganik.
"Dari sepatu hingga baju kami produksi, lewat gerakan masyarakat di Bank Sampah Alamanda kami bisa mengurangi 3 persen sampah anorganik setiap hari," jelasnya.
Menurutnya, jika semua dinas menyediakan tempat untuk produk UMKM recycle dan membantu penjualan akan sangat membantu kelompok UMKM.
"Selain mengurangi sampah, pastinya kelompok UMKM akan terbantu dalam hal penjualan kalau semua bergerak bersama," ucapnya.
Ditambahkanya, berbagai barang bisa dibuat dari sampah anorganik dan bisa memiliki nilai jual.
"Misalnya kain perca bisa jadi clemek memasak, atau botol plastik jadi pot dan lainnya. Kami sudah membuktikannya dan sudah berhasil menjual barang-barang tersebut," imbuhnya. (*)