Berita Pekalongan
Berlibur di Museum Batik Pekalongan, Menikmati Koleksi Tertua, Bisa Belajar Membatik Juga
Menikmati akhir pekan atau libur sekolah kurang lengkap jika tidak mengunjungi tempat wisata
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,PEKALONGAN - Menikmati akhir pekan atau libur sekolah kurang lengkap jika tidak mengunjungi tempat wisata.
Apalagi jika wisata itu memiliki nilai hiburan sekaligus edukasi bagi anak-anak.
Museum Batik Pekalongan, menjadi wisata yang tepat untuk berlibur bersama keluarga.
Di sini pengunjung bisa mendapatkan sejarah perkembangan batik nusantara, mengetahui kekayaan motif batik, hingga belajar membatik secara langsung.
Baca juga: Libur Sekolah, Ini Dia Rekomendasi 5 Tempat Wisata di Cilacap, Disertai Harga Tiket dan Jam Buka
Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata di Salatiga, Ada Sungai Hingga Gunung Cocok Dikunjungi saat Libur Sekolah
Baca juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata Kota Pekalongan, Lengkap Hiburan Edukasi dan Religi
Lokasi museum ini berada di Jalan Jetayu atau Kawasan Kota Tua Jetayu, Kota Pekalongan.
Edukator Museum Batik Pekalongan, Deni Pujiyanto (40) mengatakan, museum ini memiliki tiga ruang koleksi yang memamerkan berbagai motif batik.
Total koleksi berjumlah 1.200 koleksi.

Bukan hanya motif Pekalongan, tetapi juga batik nusantara dan batik mancanegara.
Untuk batik lokal antara lain ada motif buketan, jlamprang, pagi sore, hingga motif terang bulan.
"Jadi di sini memiliki batik dari berbagai daerah di Indonesia yang kita sebut Batik Nusantara. Nah kalau koleksi tertua itu batik periode tahun 1800 akhir sampai 1900 awal," kata Deni, kepada tribunjateng.com, Kamis (30/6/2022).
Deni mengatakan, ada juga fasilitas berupa ruang workshop bagi pengunjung yang ingin belajar membatik.
Pengunjung bisa belajar membatik secara gratis.

Mulai dari proses membuat pola atau nyungging hingga proses nglowong atau meletakkan malam di kain.
"Harapan kita pengunjung mendapatkan informasi lengkap. Dari mendapatkan edukasi hingga mengetahui proses dan cara membatik," ujarnya.
Deni menjelaskan, Museum Batik Pekalongan sudah ada sejak tahun 1970-an.
Dulunya masih bangunan kecil yang berada di Taman Hiburan Rakyat, lokasi saat ini menjadi Monumen Djoeang 45.
Lalu pindah di sekitar Jalan Majapahit.
Terakhir hingga saat ini, berada di Kawasan Kota Tua Jetayu, Kota Pekalongan.
Gedung yang saat ini digunakan dulunya adalah kantor keuangan pabrik gula di masa pemerintahan kolonial Belanda.
"Gedung yang saat ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Juli 2006. Harapannya untuk bisa menampung dan memfasilitasi layaknya sebuah museum," ungkapnya.
Seorang pengunjung, Heni (57) mengatakan, ia menyengaja datang bersama teman-temannya yang merupakan pecinta kain wastra nusantara.
Ada yang datang dari Jakarta dan Surabaya.
Ia menilai, koleksi batik yang berada di museum sangat menarik.
Karena banyak koleksi batik-batik tua nusantara.
Tetapi menurutnya, pengelola perlu memperhatikan lagi koleksi batik-batik tua dengan menutup menggunakan kaca.

Sehingga batik tersebut akan terjamin keawetannya.
"Akan lebih bagus kalau koleksi yang sudah tua jangan dibiarkan. Harusnya tidak boleh disentuh, takutnya tambah rusak. Supaya tetap awet," ungkapnya.
Sebagai informasi, Musem Batik Pekalongan buka setiap hari, pukul 08.00- 15.00 WIB.
Harga tiket untuk anak-anak/ pelajar Rp 3.000, orang dewasa Rp 7.000, dan wisatawan asing Rp 20.000. (fba)