IHSG Anjlok 3,53 % Sepekan Lalu: Ada Peluang Rebound
Indeks di kawasan Eropa menjelang akhir pekan lalu mengalami rebound, di mana katalis-katalis itu memungkinkan diikuti IHSG
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot cukup dalam selama sepekan lalu. Mengutip data RTI Business, IHSG tertekan 3,53 persen pada minggu lalu.
Asal tahu saja, selama 5 hari perdagangan, IHSG ditutup di zona merah secara berturut-turut. Pada Jumat (1/7), IHSG ditutup di level 6.794,328, melorot cukup dalam dibandingkan penutupan perdagangan pada Jumat (24/6) minggu sebelumnya yang berada di level 7.042,937.
Technical Analyst Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mencermati, pelemahan IHSG pekan lalu diperberat oleh tren inflasi yang menanjak di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Kondisi itu mendorong bank sentral masing-masing negara mengerek suku bunganya.
Selain itu, kekhawatiran datangnya resesi juga mulai berdampak terhadap IHSG. Hal itu tercermin dari tekanan jual yang dibarengi net sell asing dengan rata-rata mencapai Rp 1 triliun per harinya.
"Pelemahan nilai tukar rupiah juga memperkuat dugaan dana asing pulang kampung untuk mengurangi eksposur pada aset berisiko," katanya, kepada Kontan, akhir pekan lalu.
Adapun pada Kamis dan Jumat pekan lalu, tekanan jual asing sebenarnya terlihat mereda. Sementara, indeks di kawasan Eropa mengalami rebound. Katalis-katalis ini memungkinkan IHSG pada hari ini, Senin (3/7), bakal mengikuti jejak pasar Eropa yang mengalami penguatan.
"Namun, perlu diantisipasi kemungkinan rebound ini bersifat minor, sehingga hanya untuk melakukan trading atau mengurangi beberapa posisi jangka panjang," ucap Ivan.
Untuk pekan ini, Ivan menyarankan investor mencermati saham-saham pertambangan seperti TINS dan ANTM yang berpotensi mengalami technical rebound. Selain itu, DMMX yang telah membentuk struktur awal pembalikan arah tren juga bisa diawasi.
Sementara, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menyarankan investor mengambil sikap wait and see sambil mencermati data-data yang dirilis pekan ini.
Saran itu mempertimbangkan IHSG yang berpeluang melanjutkan pelemahan. "IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan, namun diperkirakan tidak sebesar minggu lalu yang melemah hingga lebih dari 3 persen," ungkapnya.
IHSG diproyeksi bergerak di kisaran 6.730 hingga 6.850 pada pekan ini. Sentimen dari global seperti pidato beberapa anggota FOMC, rilis hasil rapat FOMC, rilis data PMI non-manufaktur AS, serta data laju pengangguran AS di bulan Juni berpotensi menjadi sentimen yang mendominasi pergerakan.
"Diperkirakan investor akan mencermati data tersebut untuk petunjuk lebih lanjut terkait normalisasi kebijakan moneter The Fed," jelasnya.
Adapun untuk pelemahan IHSG sepekan lalu, Cheril mencermati, pertemuan bank sentral AS dan Eropa yang menjadi pemberatnya.
Kedua bank sentral itu tengah fokus pada pada inflasi dan ancaman resesi, di mana berbagai data indikator menunjukkan kemungkinan resesi global semakin nyata.
Kondisi itu menjadi efek domino bagi perekonomian Asia, hingga akhirnya ke Indonesia. Dampaknya, konsumsi global yang turun berpengaruh pada permintaan komoditas yang menjadi andalan Indonesia.
Selain itu, ancaman resesi dan komitmen The Fed dalam menaikkan suku bunga demi menekan inflasi menjadi 2 persen membuat investor menghindari instrumen berisiko moderat seperti pasar modal. (Kontan.co.id/Kenia Intan)
