Kuliner Salatiga
Cerita Sari Penjual Tiwul Satu-satunya di Lereng Gunung Merbabu, Tiap Hari Ratusan Porsi Ludes
Tempat Sari menjual tiwul juga satu-satunya di wilayah Kopeng yang ada di lereng Gunung Merbabu itu
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kepulan asap dari tungku yang ada di depan warung kecil menarik perhatian pengguna jalan yang melintas di Jalan Raya Salatiga-Kopeng.
Aroma wangi juga tercium dari warung di tepi jalan yang tak terlalu besar itu.
Di tempat tersebut, seorang wanita tengah mengolah bubuk dari ketela pohon untuk dijadikan tiwul.
Ia adalah Sari (47) warga Getasan Kabupaten Semarang, yang juga pemilik warung tersebut.
Lokasi lapak Sari tak jauh dari obyek wisata Kopeng yang ada di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Baca juga: Istri Kena Tembak, Kopda M Malah Kabur dan Terancam Desersi, Ada Keterlibatan dengan Penembakan?
Baca juga: Mitos Kemunculan Ikan Oarfish Pertanda Akan Datang Gempa Bumi, Ini Faktanya
Lapaknya juga terlihat tak pernah sepi dari pengunjung, yang berburu makanan tradisional itu.
Tempat Sari menjual tiwul juga satu-satunya di wilayah Kopeng yang ada di lereng Gunung Merbabu itu.
Dinginnya udara pegunungan, dan mulai jarangnya ditemui, membuat tiwul buatan Sari jadi buruan pelanggan.
Karena diserbu pembeli, tak jarang 125 porsi tiwul buatan Sari ludes diborong pembeli setiap harinya.
"Kalau akhir pekan kadang bisa 150 porsi lebih, apalagi saat libur panjang," ucapnya sembari sibuk menyiapkan pesanan pembelian, Jumat (22/7/2022).
Sari sendiri belum lama menekuni usaha tersebut, pasalnya ia baru menjual tiwul Januari 2022 lalu.
Namun karena jadi satu-satunya penjual tiwul, kurang dari enam bulan ia sudah membuka tiga cabang.
"Selain di sini, saya juga membuka cabang di Pasar Legi Kopeng, Banyubiru, dan Tegal Rejo Magelang," katanya.
Ia mematok tiwul buatanya diharga Rp 15 ribu untuk setiap porsinya. Selain tiwul, Sari juga membuat beberapa makanan tradisional dari ketala pohon.
"Ada getuk sampai kerupuk dari ketela pohon, semua saya buat sendiri dan bahannya mudah dicari di pasar," jelasnya.
Sari juga mengatakan, memilih menekuni usaha olahan ketela pohon lantaran sangat sedikit orang yang mau menjualnya.
"Jadi saingannya kan sedikit, kalau kuliner lain pasti banyak yang jual," terangnya sembari tertawa kecil.
Di sela-sela kesibukannya, Sari menceritakan, membeli ketela pohon hingga pengolahan ia lakukan sendiri.
Bahkan untuk mengangkut ketela pohon dari ladang atau pasar, ia juga mengemudi truk sendiri.
"Namanya usaha harus mandiri, kalau bisa saya lakukan ya saya tangani sendiri. Yang paling penting adalah pandai melihat peluang," jelasnya.
Ditambahkannya, tak hanya wisatawan, masyarakat sekitar Kopeng juga acapkali mencari tiwul dan olahan dari ketela pohon.
"Mungkin udara di sini cocok untuk menikmati tiwul hangat jadi lumayan laris, dari beberapa cabang, di Kopeng yang paling banyak pembelinya," tambahnya. (*)