Berita Batang
Panggih Petani Milenial Asal Batang, Rintis Agrowisata Kebun Jeruk Sejak Usia 18 Tahun
Mahasiswa semester 6 Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan ini menekuni budidaya jeruk siam pontianak sejak usia 18 tahun
Penulis: dina indriani | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,BATANG - Menjadi petani di usia belia telah menjadi pilihan Panggih Riski Prastiko (22).
Mahasiswa semester 6 Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan ini menekuni budidaya jeruk siam pontianak sejak usia 18 tahun atau sebelum masuk bangku kuliah.
Petani milenial asal Desa Rowobelang, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah itu menilai potensi pertanian di daerahnya sangat besar untuk dikembangkan.
Namun karena harga buah jeruk kerap anjlog saat panen raya maka terbesitlah ide untuk menerapkan teknologi Pembuahan Berjenjang Sepanjang Tahun (Bujangseta) hasil belajar dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Malang untuk mendukung Agrowisata yang sedang dirintis.
Baca juga: Achmad Husein: 2 Kali Tinggal Kelas, Sering Dibully, Tidur di Gudang Buku, Kini Jadi Bupati Banyumas
Baca juga: Daftar 5 Nama Pelaku Penembakan Rina Istri Anggota TNI di Semarang, Kopda Muslimin Minta Tembak Lagi
Sebelum menekuni budidaya jeruk, mahasiswa Prodi Agroteknologi ini mengaku sempat menanam palawija, ketela dan bengkoang.
Namun setelah mengikuti program yang ditawarkan Balitjestro, Malang, beralih menanam jeruk.
"Peluang pasar buah jeruk lebih terbuka saat ini jumlah tanaman jeruk ada 240 di mana satu pohon mampu menghasilkan 5-10 kilo buah jeruk, apalagi setelah mengadopsi sistem agrowisata harga buah jeruk kini lebih stabil dan menguntungkan mencapai Rp 18 ribu perkilo, awalnya hasil panen jeruk di pasaran hanya dihargai Rp 8.000 hingga Rp 10 ribu perkilo," tuturnya kepada Tribu jateng.com,Senin (25/7/2022).

Dengan memanfaatkan lahan tanaman jeruk seluas 3000 meter persegi menjadi agrowisata kini pengunjung bebas memetik buah sendiri yang dikehendaki kemudian hasilnya ditimbang.
Setelah itu buah jeruk ada yang dibawa pulang untuk oleh-oleh, juga ada yang dinikmati langsung di lokasi.
"Dengan teknologi Bujangseta ini, cukup menjaga ketersediaan buah jeruk sepanjang tahun sehingga pengunjung yang datang masih memiliki kesempatan untuk melakukan petik buah sendiri," ujarnya
Untuk menarik minat lebih banyak pengunjung, laki-laki yang akrab dipanggil Panggih itu kerap mempromosikan agrowisata rintisanya ke sejumlah akun media sosial populer maupun akun pribadinya.
Dari situ pengunjung yang penasaran mulai banyak berdatangan.
"Di awal-awal banyak yang kirim pesan ke saya untuk janjian berkunjung, setelah viral banyak yang datang berombongan," ungkapnya.
Dalam satu hari, jumlah pengunjung masih 3-4 keluarga tapi di akhir pekan atau hari libur jumlahnya bisa lebih banyak.

"Biasanya satu pengunjung itu memetik 3-5 kikogram buah jeruk untuk dibawa pulang, belum lagi yang dinikmati langsung di lokasi," ujarnya.
Untuk mengembangkan agrowisata menjadi tujuan keluarga yang edukatif, ia telah disiapkan dua lahan lagi masing-masing seluas 2.000 dan 5.000 ribu meter persegi.
"Nantinya pengunjung bisa belajar budidaya jeruk mulai dari menanam, merawat maupun memanen buah kami di sini sudah mengajari pengunjung bagaimana cara memilih buah jeruk siap dipetik," pungkasnya. (din)