Berita Semarang
Cerita Ambar 10 Tahun Terakhir Selalu Kungkum di Tugu Suharto Saat Malam Satu Suro, Ungkap Tujuannya
Di tengah sungai tersebut berdiri sebuah tugu berusia puluhan tahun yang dinamai Tugu Suharto
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tengah malam selama-berjam-jam berendam di tengah sungai.
Apa yang dirasakan? apa tidak dingin dan apa dampaknya?
Inilah tradisi warga Semarang dan sekitarnya menyambut 1 Suro.
Tradisi yang sudah dijalankan selama puluhan tahun dan tetap berlangsung sampai sekarang.
Baca juga: Kronologi Lengkap Siswi SMA di Bantul Dilaporkan Depresi, Diduga Dipaksa Pakai Hijab oleh Guru
Baca juga: Potensi Tsunami Besar di Cilacap Bukan Sekedar Prakiraan, Kapan Terjadinya? Ini Penjelasan BMKG
Ribuan masyarakat padati Jalan Candi Pawon Selatan, Kelurahan Kalipancur Ngaliyan Kota Semarang.
Mereka datang dari berbagai daerah untuk menyaksikan prosesi berendam di sungai saat malam satu suro.
Lokasi untuk prosesi merupakan pertemuan dua sungai yaitu Kali Garang dan Kali Kreo.
Di tengah sungai tersebut berdiri sebuah tugu berusia puluhan tahun yang dinamai Tugu Suharto.
Bagi sejumlah masyarakat, lokasi tersebut memang menjadi jujugan untuk melakukan prosesi saat malam satu suro.

Lebih mendekatkan ke lokasi prosesi malam satu suro di Tugu Suharto, semerbak bau wangi dupa tercium.
Beberapa orang nampak bediam diri dan berendam di tengah pertemuan dua aliran sungai tersebut.
Ambar (42) satu di antaranya, ia sengaja datang ke Tugu Suharto untuk berendam saat malam satu suro.
Ambar berangkat dari Demak sekitar pukul 21.00 WIB bersama rombongannya.
Secara khusyuk Ambar melaksanakan prosesi kumkum tersebut.
Hampir tiga jam ia berendam dan berdiam diri di tengah gelapnya malam.
Waktu menunjukkan pukul 01.20 WIB, Ambar pun selesai melakoni prosesi kungkumnya.
Baju dan celana yang ia pakai nampak basah kuyup, namun ia tak tampak kedinginan.
Sebelum meninggalkan lokasi, Ambar berujar setiap tahun saat malam satu suro ia berendam di Tugu Suharto.
"10 tahun terakhir ini saat malam satu suro saya selalu berendam di sini," ucap pria berambut panjang itu, Sabtu (30/7/2022) dini hari.
Ia mengaku kungkum di Tugu Suharto merupakan cara untuk membersihkan diri dan merenungi kesalahan.
"Saya percaya dengan cara itu, hati saya lebih bersih, dan lebih mawas diri untuk menjalani hidup," jelasnya sembari melenggang pergi untuk berganti baju.
Hingga pukul 02.00 WIB, Tugu Suharto masih dipadati masyarakat yang hendak melaksanakan prosesi kumkum.

Terpisah, Supadi sesepuh di daerah Tugu Suharto, menuturkan, tradisi kungkum sudah berlangsung puluhan tahun.
Bahkan menurutnya, sejak tahun 1965 tradisi tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat.
"Kungkum di Tugu Suharto menjadi kepercayaan masyarakat Jawa saat malam satu suro, bahkan dari saya kecil sudah ada," ucap pria berusia 62 tahun itu.
Dilanjutkan, pertemuan dua aliran sungai yang dijadikan tempat kungkum dipercaya mempunyai khasiat tersendiri bagi sebagai masyarakat.
"Ada yang percaya jika kungkum di sungai itu bisa membersihkan diri, hingga menenangkan hati, apalagi dilakukan saat malam satu suro," terangnya.
Ditambahkannya, tradisi tersebut tidak akan hilang, bahkan hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat.
"Bagi masyarakat yang memiliki kepercayaan kejawen hal tersebut terus dilakukan saat malam satu suro," tambahnya. (*)