Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Tradisi Ruwat Bumi Desa Tambaknegara Banyumas, Tidak Boleh Ada Penari dan Sinden Wanita

Ruwat bumi Desa Tambaknegara rutin digelar sebagai bentuk lestarikan tradisi Jawa.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: sujarwo

Ruwat bumi sini akan dihadiri oleh para kasepuhan Desa Tambaknegara yang dikenal dengan sebutan Kyai dan Nyai. 

Kasepuhan di desa ini berperan sebagai contoh yang baik bagi generasi muda. Semua tindak tanduknya akan menjadi percontohan bagi generasi muda. 

Sehingga tidak sembarang orang dapat menjadi bagian dari kasepuhan Desa Tambaknegara. Biasanya mereka yang akan menjadi bagian kasepuhan berasal dari panggilan diri masing-masing.

Hal ini mengingat tanggungjawab yang akan mereka emban sebagai contoh bagi anak cucunya nanti tidak bisa sembarangan. 

Tidak heran para kasepuhan di sini rata-rata sudah lanjut usia. Saat ini di Desa Tambaknegara ada sebanyak 225 orang yang menjadi bagian kasepuhan. 

Dalam setiap tradisi adat para kasepuhan ini akan mengenakan pakaian adat Jawa serba hitam, untuk laki-laki mengenakan jas Jawa dan ikat kepala, sementara perempuan mengenakan kebaya dan rambut diikat. 

"Pakaiannya tidak boleh mencolok hal ini memiliki arti untuk tidak boleh ria. Biarpun rambutnya putih, gigi ompong biarkan apa adanya," jelas Ki Muharto. 

Dalam ruwat bumi di sini puncak acara dilakukan dengan pemotongan tumpeng dan doa bersama. Hidangan yang siapkan akan disantap bersama. Hingga nanti akhir acara gunungan buah dan sayuran akan diperebutkan oleh masyarakat yang ada. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved