Wawancara Khusus
Deolipa Yumara Pakai Pendekatan Psikologis dan Rohani agar Bharada E Mau Jujur (2)
Kuasa Hukum Bharada E Deolipa Yumara ketika itu melakukan pendekatan psikologis untuk mengungkap cerita yang selama ini dipendam oleh Bharada E
Bharada E kan gajinya kecil nggak mungkin dia bayar pengacara, bagaimana Bang Olif menjawab asumsi ini?
Iyalah nggak mungkin kita minta bayaran dari Bharada E kan. Tentunya kita ini ada yang namanya pekerjaan bela negara. Caranya bagaimana, tentunya kita sebagai seorang pengacara melakukan dengan cara memberikan perlindungan hukum kepada warga negara yang membutuhkan.
Itulah yang menjadi dasar landasan kita yang kemudian menerima permintaan dari penyidik dan Bareskrim untuk mendampingi Bharada E.
Bharada E ini kan dituntut tiga pasal berat, pendekatan apa yang dilakukan supaya bisa mendapat kepercayaan?
Kita temui dia di ruangan khusus memang kondisinya saat itu masih pucat, galau, lemas. Bahkan dia cerita khawatir setiap menjawab pertanyaan dari penyidik.
Dia bilang ke saya bang kalau saya jawab begini bagaimana, kalau jawab anu hukuman saya bagaimana. Saya lantas bilang kok Anda bisa beda-beda kasihan jawaban, dan dia bilang lagi masih mikir-mikir kalau melakukan bagaimana hukumannya.
Lalu saya bilang Anda agamanya apa, eh ngana dari Manado. Saya gali dia pakai bahasa Manado karena saya lama tinggal di Bitung. Oke dari situ saya lihat dia makin tenang, kemudian kita mulai wawancara dengan baca doa.
Saya bilang karena saya juga kristen maka saya menjadi pendeta dulu supaya kita tenang dan kita berdoa secara kristiani. Panjang kita berdoa tentunya doa-doa saya juga menyasar kepikiran dia minta tolong sama Tuhan segala macam.
Kami minta agar Bharada E bisa tenang hidupnya, tenang pikirannya, bisa menceritakan semua kronologi apa adanya hanya untuk kemuliaan Tuhan. Lalu saya bilang ok sekarang saya kembali menjadi pengacara Anda.
Jadi Bang Olif masuk menjadi tim kuasa hukum bukan hanya sebagai pengacara tetapi psikolog juga ya?
Iya saya ini kan lulusan Psikologi juga Universiter Indonesia biar begini-gini saya juga. Jelek-jelek begini kita juga lulusan dari UI, sarjana hukum saya juga sama dari UI.
Pas sudah tenang saya melihat dia pikirannya masih kosong juga. Lalu saya coba nyanyikan lagu rohani judulnya Indah Pada Waktunya dan Hidup Ini Adalah Kesempatan. Dua lagu rohani ini yang biasa dinyanyikan buat orang-orang yang mengalami kasus seperti dia.
Dia pun kemudian ikut nyanyi, saya bilang oh selesai sudah aman berarti kalau di sudah nyanyi berarti pikirannya sudah plong begitu kan. (Tribun Network/Reynas Abdila)
Mantan Bupati Seno Samodro: Boyolali Menjadi Seksi |
![]() |
---|
Sosok Ketua DPRD Demak, Awal Jadi Ranting hingga Kekagumannya Kepada Bapak Ideologi |
![]() |
---|
Wakil Ketua KPK Johanis Tanak Bangga Menjadi Orang Toraja |
![]() |
---|
Budi Prayitno Pria Kelahiran Semarang Pimpin DPRD Kota Magelang |
![]() |
---|
Sosok Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat Mantan Guru Honorer 8 Tahun |
![]() |
---|